Belajar Bahasa Jawa dari Naskah
Sebagai anak muda kelahiran Jakarta, Herjuno menghadapi tantangan tak kecil - ia tidak bisa berbahasa Jawa. Padahal bahasa itulah ruh dari dunia pewayangan. Namun tekad dan kecintaannya menembus keterbatasan itu.
“Saya masih membaca teks saat mendalang. Setiap dialog dalam bahasa Jawa saya hafalkan, meski belum sepenuhnya memahami maknanya,” ujarnya jujur.
Masyarakat mengenalnya antaralain berkat penampilannya yang disiarkan langsung oleh sejumlah stasiun TVRI. Pun rekamannya dapat dilihat di kanal YouTube Unindra.
Ketekunan dan kejujuran inilah yang mengundang kekaguman M. Kabul Budiono, Ketua Sanggar Unindra sekaligus Kepala Lembaga Bahasa Unindra, yang telah mengikuti perjalanan Herjuno sejak kecil.
“Saya kagum kepada Prama,” ujar Kabul. “Ia mampu membawakan dialog wayang dalam bahasa Jawa walaupun tidak sepenuhnya memahami maknanya, tetapi dapat ia bawakan dengan baik dan penuh penghayatan. Ketika duduk di samping kotak wayang, ada aura seni yang memancar—membuatnya tampil hidup dan berkarakter. Seakan-akan wayang-wayang itu benar-benar berbicara lewat tangannya.”
Cita-cita Mendalang dalam Bahasa Inggris
Meski berakar pada budaya lokal, Herjuno memiliki pandangan global. Ia bercita-cita suatu saat mendalang dalam bahasa Inggris agar dunia lebih mengenal wayang sebagai seni adiluhung Indonesia.
“Saya ingin mengenalkan wayang ke dunia internasional melalui bahasa yang bisa dipahami banyak orang,” katanya penuh semangat di hadapan peserta seminar.
Cita-citanya sejalan dengan pengakuan dunia bahwa UNESCO telah menetapkan Wayang Indonesia sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Menjaga Nyala Tradisi di Zaman Milenial.