Sebagai mahasiswa arsitektur, Herjuno terbiasa berpikir kreatif dan konseptual. Namun di balik rancangan bangunan modern yang ia pelajari, ada satu “arsitektur” lain yang ia bangun: arsitektur kebudayaan dan karakter bangsa.
“Wayang itu bukan sekadar hiburan, tapi pendidikan moral dan filosofi hidup,” tuturnya.
Herjuno Pramariza Fadlansyah adalah bukti bahwa tradisi tidak pernah lekang oleh zaman. Ia tidak hanya menonton, tetapi menghidupi dan mewarisi.
Dalam dirinya, semangat muda berpadu dengan jiwa leluhur — menjadikan bayang-bayang wayang tetap hidup di bawah cahaya generasi baru.
Hari Wayang Nasional 2025 di Wisma Kautaman Pewayangan TMII yang diselenggarakan SENAWANGI menjadi bukti bahwa regenerasi pelestari budaya masih terus berlanjut.
Di antara dalang-dalang senior, hadir sosok muda antaralain Herjuno Pramariza Fadlansyah menatap masa depan dengan keyakinan bahwa wayang bukan sekadar kisah masa lalu, tetapi cermin kebijaksanaan yang abadi untuk masa depan.***