Minggu, 21 Desember 2025

Gunung Salak yang Bengis (2) Menghadapi Nyamuk yang Ganas dan Jalur Pendakian yang terjal dan Vegetasi Lebat

- Rabu, 1 Februari 2023 | 10:22 WIB
Mengawali pendakian di Gunung Salak 2, foto di depan gerbang makam keramat di tengah HUtan Gunung Salak
Mengawali pendakian di Gunung Salak 2, foto di depan gerbang makam keramat di tengah HUtan Gunung Salak

Tiga peristiwa itu selalu terngiang-ngiang dalam fikiran saya kalau ingat Gunung Salak. Tapi, kedua anak saya Adam dan Rama berkali kali nanya, “hayo yah kita ke Gunung Salak,” kata Rama. “Kita lihat aja nanti,”jawab saya. Belum lagi denger cerita temen temen Warnagripa dan Atmawana jalur menuju salak 2. “Yah aa penasaran sama tanjakan di Gunung Salak, kapan kita ke Gunung Salak,” tanya Adam berkali kali. Berkali kali pula saya bertanya sama Arlan (Sahabat saya). “Bang jalur salak aman kan,” tanya saya. “Aman bro, selow aja,” jawab Arlan.

Laporan: Iqbal Muhammad

Akhirnya, di minggu pertama bulan Februari tahun 2020 pendakian Gunung Salak menjadi kenyataan, walaupun sehari sebelumnya perasaan ragu dan sedikit kekhawatiran selalu menghinggap di kepala. “Insyaallah aman,” kata saya dalam hati, apalagi ditambah doa dari istri tercinta yang merestui pendakian ke Gunung yang penuh dengan misteri.
Sabtu Pagi, saya dan kedua anak saya diantar ke basecamp Gunung Salak Pos Salaka, tepatnya di Kampung Calobak, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari sama istri saya. Setelah registrasi perjalanan dilanjutkan menggunakan sepeda motor menuju Kampung Salaka.
Tepat pukul 10:00, Saya, Adam, Rama, Arlan, Toke, Tunduh dan Lucky memulai pendakian. Gunung salak benar benar tidak basa basi untuk menguji manusia yang ingin mendakinya. Baru saja selesai melewati hutan pinus dan makam keramat hyang Raksa Bumi atau Eyang Haji Jaya Sakti, jalur sudah mulai menanjak. Beratnya jalur pendakian ditambah lagi dengan beban air yang dibawa masing masing orang. Pasalnya, mata air di atas tidak ada. Mau tidak mau kita harus membawa air 5 liter untuk satu orangnya.

Baca Juga:Pengalaman mendaki gunung salak yang membuat ragu untuk mendaki sama anak
Ujian diawal pendakian bukan hanya jaur yang lumayan menyiksa dengkul, tapi nyamuk yang besar dan ganas tidak jarang menghinggap dan menyedot darah kita di bagian tubuh yang terbuka. Jadi sangat disarankan sekali menggunakan cream anti nyamuk di sekitar tubuh kita yang terbuka jika ingin mendaki Gunung Salak.

Berteduh ditengah hujan lebat Gunung Salak
Berteduh ditengah hujan lebat Gunung Salak

Belum juga sampai pos satu, kabut tebal turun, rintikan air yang berasal dari kabut mulai membasahi jalur yang membuat jalur semakin licin. Semakin lama, hujan semakin deras sederas derasnya, petir dan guntur saling bersahutan menemani pendakian kita.
Hujan sedikit reda ketika kita di pos 3 sekitar pukul 14:00, di pos itu agak lama istirahat. Adam dan Rama makan indomie, saya dan sahabat sahabat cukup dengan kopi dan the manis sambil rokoan untuk melepas lelah dan menghangatkan tubuh.
Pendakian dilanjut menuju Puncak Fajar Kencana dengan ketinggian 1970 MDPL. Jalur yang licin dengan vegetasi yang lebat betul betul menyulitkan untuk melangkah. Tiba di puncak Fajar kencana sekitar pukul 15:30, tidak bisa berlama lama kita di puncak Fajar Kencana, karena harus melanjutkan pendakian ke puncak sebelum matahari benar benar tidak menampakan lagi.
Pendakian menuju puncak Salak 2, bukan perkara mudah, tapi cenderung menggerus tenaga dan emosi kita. Bayangkan, dari puncak Fajar Kencana yang memiliki ketinggian 1970 MDPL, kita dipaksa turun sekitar 200 meter. Tepat diketinggian 1670 MDPL, kita di sajikan dengan jalur pendakian yang membuat leher kita mendongak keatas. “Gila ini jalur, gimana naeknya nih,” kata saya dalam hati sambil mendongak keatas melihat jalur ekstrem setinggi 50 meter tersebut.

Baca Juga :Tantangan-pendakian-gunung-semeru-dengan-keluarga-1-kabar-kebakaran-hutan-di-kalimati-yang-membuat-cemas
Beruntung, ada tali webing yang sengaja diikatkan diatas tanjakan oleh para ranger Gunung Salak untuk memudahkan para pendaki. Tapi walaupun sudah disiapkan tali webing bukan berarti pendakian mudah, apalagi jalur bekas hujan yang licin membuat tali webing licin dan pijakan kita juga menjadi labil.
Arlan dan anak bungsu saya, Rama jalan duluan melahap tanjakan ektrem itu. Kemudian Adam baru saya. Belum juga saya sampai di ujung tanjakan, Arlan dan Rama sudah melanjutan pendakian untuk mengejar waktu. SEtibanya saya diatas tanjakan, Arlan dan Rama sudah tidak nampak di jalur. Kontan saya hanya berdua dengan anak sulung saya Adam. Sedangkan, Toke, Tunduh dan Lucky yang membawa peralatan dan logistic masih jauh di atas puncak Fajar Kencana.
Saya berdua Adam, menyusuri jalur Gunung Salak yang membuat hati ini selalu mengumpat. “Bangsat, anjriiit, babi ini jalur,” umpat saya dalam hati sebari melewati jalur yang membuat dengkul saya menempel dengan dada. (Bersambung)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X