Minggu, 21 Desember 2025

Scooby-doo, Suarakan Protes Penanganan Tragedi Kanjuruhan lewat Seni : Sindir Penegak Hukum dengan ”Fragile, H

- Kamis, 9 Februari 2023 | 07:20 WIB
SENIPERLAWANAN: Dimas Dapeng Mahendra, koordinator pameran kesenia aksi "Menyerang Kota", memasang sejumlah poster di dinding gedung Dewan Kesenian Malang (10/1). (ALLEX QOMARULLA/JAWA POS)
SENIPERLAWANAN: Dimas Dapeng Mahendra, koordinator pameran kesenia aksi "Menyerang Kota", memasang sejumlah poster di dinding gedung Dewan Kesenian Malang (10/1). (ALLEX QOMARULLA/JAWA POS)

RADARDEPOK.COM-Komunitas Scooby-doo ”Menyerang Kota” dengan lukisan, grafiti, mixmedia, dan foto-foto yang mengkritik proses hukum tragedi Kanjuruhan yang dinilai tidak adil. Mereka akan terus bergerak dan bersuara, termasuk mungkin saja menggelar pameran di luar ruangan.

BAGUS PUTRA PAMUNGKAS, Kota Malang

Dinding putih itu diberi garis dengan kuas bercat hitam. Garis tersebut membentuk persegi. Semua isi Pancasila langsung ditulis di situ. Memasuki sila kelima, warna cat diganti.

Cat merah digoreskan untuk menulis ”Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Di sisi kanan, dilukis wajah yang tampak muram.

”Ini adalah sindiran. Sila kelima ini sulit diterapkan di Indonesia. Keadilan belum merata,” kata Dimas Dapeng Mahendra saat ditemui Jawa Pos di gedung Dewan Kesenian Malang (DKM), Kota Malang, pada Selasa (10/1) lalu.

Dapeng adalah koordinator aksi ”Menyerang Kota”, tema pameran yang digelar di gedung DKM pada 9–11 Januari lalu.

Pameran itu digagas komunitas street art asal Malang, Scooby-doo. Sebuah bentuk protes karena tidak diterapkannya sila kelima dalam penanganan tragedi Kanjuruhan yang merenggut 135 nyawa.

Para anggota Scooby-doo terdiri atas puluhan seniman lintas bidang. Ada lukis, grafiti, dan mixmedia di antaranya. Mereka aktif berkegiatan sejak 2020.

Ide ”Menyerang Kota” itu berawal dari kekesalan Dapeng. Dua kali dia ikut aksi Aremania turun ke jalan: menuntut #UsutTuntas tragedi Kanjuruhan. Bukannya puas, dia malah geregetan.

”Apa yang kami tuntut kok kayaknya tidak didengar. Wes gak onok kepastian, demo yo mbarai embong macet, akeh sing protes (Sudah tidak ada kepastian, demo juga bikin jalan macet, banyak yang protes),” beber pria 40 tahun itu.

Dari situlah dia memiliki ide untuk bersuara dengan cara lain. Dia mengumpulkan anggota komunitasnya. Termasuk seniman street art lain di Malang. Mereka memilih menyuarakan kritik dan protes melalui karya seni.

”Persiapan hanya tiga pekan. Alhamdulillah ada 20 seniman yang ambil bagian,” ujar Dapeng.

Beragam karya dipamerkan. Mulai poster, lukisan, grafiti, hingga mixmedia. Semua dipajang dalam dua ruangan yang berbeda.

Dua ruangan tersebut punya ukuran yang sama: 8 x 8 meter. Tema universal ada di ruang pertama. Karya seni yang dipajang adalah gambaran umum soal tragedi Kanjuruhan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X