Baca Juga: FS DKM Kota Depok, Perkuat Silaturahim dan Persaudaraan
Kemudian, Prof. Yuni menjelaskan pemanfaatan material jejaring anorganik unggul sebagai katalis ramah lingkungan dalam konversi limbah biomass.
Senyawa 2,5-Furandicarboxylic acid (FDCA) merupakan satu dari 12 bahan kimia prioritas dimana salah satu aplikasinya yang paling populer adalah sintesis polietilen 2,5- furandikarboksilat (PEF) yang ramah lingkungan dan diproyeksikan menggantikan polietilen tereftalat (PET).
“Katalis CuO/ZSM-5 dan NiO/ZSM-5 dari prekursor bahan alam. Selulosa terdelignifikasi berhasil dikonversi menjadi FDCA secara one-pot dengan yield sebesar 12,7 persen,” kata Prof. Yuni.
Ia juga menjelaskan pemanfaatan material jejaring anorganik unggul dalam energi, yaitu Zeolit NaY berbasis mineral alam sebagai katalis perengkahan n-heksadekana.
Baca Juga: Kisah Sukses Desa Jambu Cilacap, Rahasia Kekayaan yang Disebut Desa Sultan
Lalu, pemanfaatan material jejaring anorganik unggul dalam kesehatan, yaitu rekayasa kit ekstraksi RNA bermuatan lokal dan pemanfaatan limbah sebagai sumber prekursor material jejaring anorganik unggul.
Prof. Yuni mengatakan, terdapat tiga tantangan yang dihadapi dalam pengembangan prekursor bahan alam untuk sintesis material jejaring unggul.
Pertama, Zeolit sintetik dari RRC yang harganya jauh lebih murah dari pada biaya untuk sintesis material jejaring anorganik unggul dari bahan alam di Indonesia.
Kedua, pengambilan bahan alam maupun limbah biomassa bila tidak diawasi dapat mengganggu keseimbangan ekosistem, dan penipisan unsur-unsur penting di alam dalam kurun waktu tertentu.
Baca Juga: Jason Ranti Gemuruhkan Sedjati Coffe
Ketiga, scale up proses sintesis material yang membutuhkan kerjasama dengan banyak pihak, seperti peneliti dari fakultas teknik dan industri.
“Pemanfaatan bahan alam sebagai prekursor material jejaring anorganik unggul harus terus ditingkatkan, karena dapat memberikan nilai tambah, mendukung kemandirian bangsa dengan menambahkan persentase tingkat komponen dalam negeri (TKDN), serta ketahanan di bidang lingkungan, energi, dan kesehatan. Tentunya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan pasar dan keseimbangan ekosistem yang berkelanjutan. Akhir kata, diperlukan kolaborasi dengan universitas dan institusi riset di dalam dan luar negri, dan dukungan UI untuk mengakselerasi pencapaian target penelitian dan luaran yang berdampak kepada masyarkat yang lebih luas,” ujar Prof. Yuni yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Universitas Indonesia dan UI Teve.
Dalam proses pengukuhannya tersebut, tampak hadir Dekan FMIPA UI (Periode 1994-1998) Prof. Dr. Endang Asijati; Head of Human Resources Division PT Mowilex Emenda Brahmana; Ketua Satuan Pengawas Internal RSUD Kota Bogor dr. Marthino Robinson, SpPD-KHOM; Regional Business Director PT IMCD Kristian Hartono, S.Si., MBA; dan Direktur PT Ecomindo Saranacipta Wahyu Setiaji.
Prof. Yuni menamatkan pendidikan sarjana di Departemen Kimia, FMIPA UI pada 1997. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan S2 di School of Chemistry, University of New South Wales, Australia dan lulus pada 2001.
Artikel Terkait
Tim Pengabdi UI Hadirkan Program Inklusi untuk Komunitas Difabel Bali
Sambangi UI, Deddy Corbuzier: Kreativitas Penting untuk Menggemakan Semangat Patriotisme
Peringati World Alzheimer Month 2023, UI Ikut Aktif Cegah dan Perlambat Kepikunan
7 Kost Murah Dekat Kampus UI Depok: Temukan Tempat Nyaman untuk Mahasiswa!
Mahasiswa UI Adakan Lokmin Di Jatijajar, Bahas Masalah Hipertensi
Dosen UI Ciptakan Inovasi Swara, Permudah Komunikasi Disabilitas
UI dan Bumilangit Enterprise Kembangkan Kurikulum Industri Kreatif Berbasis Komik