Di sisi lain, ungkap Ronny P Sasmita, potensi penurunan konsumsi rumah tangga juga akan memperburuk prospek investasi di Indonesia. Investor akan berfikir ulang untuk memulai investasi baru atau mengekspansi usaha, karena daya beli semakin tertekan.
"Investor akan berfikir panjang untuk memproduksi barang dan jasa baru, karena kurang yakin pasar akan menyerapkan akibat daya beli tertekan," tutur Ronny P Sasmita.
Karena itu, Ronny P Sasmita memastikan, kelompok yang paling terdampak adalah kelas menengah bagian bawah (lower middle income class) dan kelas bawah karena segmen ini disposal income mayoritas dipakai untukt konsumsi, terutama barang kebutuhan pokok.
"Jadi jika harga ikut naik, maka sebagian besar disposal incomenya akan tersedot untuk konsumsi, sementara konsumsi barang non pokok dan savingnya akan berkurang. Artinnya, konsumsi segmen ini akan tertekan," tandas Ronny P Sasmita. ***
Artikel Terkait
PPN 12%: Solusi Fiskal atau Beban Ekonomi?
Penerapan PPN 12 Persen Hanya untuk Barang Mewah, Berikut Jenis dan Rinciannya!
Berlakukan PPN 12 Persen, Pemerintah Guyur Insentif hingga Tarif Listrik Terpasang 2.200 VA Di Diskon 50 Persen
Biar Masyarakat Paham! Soal Ramai PPN 12 Persen, Nuroji Bongkar Sejarahnya
Ada Coretax, PPN jadi Sederhana