RADARDEPOK.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyoroti tantangan besar yang dihadapi para akademisi dan penemu di Indonesia.
Menurutnya, banyak karya hebat yang sebenarnya bermanfaat bagi masyarakat, namun tidak mendapat pengakuan resmi karena terbentur pada urusan sertifikasi, regulasi, hingga kepentingan dagang.
Pernyataan ini ia sampaikan dalam acara Stadium General di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung pada Selasa, 23 September 2025.
Baca Juga: Prioritas! Lurah Krukut Depok Siap Tuntaskan Masalah Sampah
Dedi menilai Indonesia, termasuk Jawa Barat, masih kurang memberikan penghargaan besar bagi para penemu, akademisi, maupun mahasiswa yang berhasil menciptakan inovasi bermanfaat.
“Kelemahan kita di Jawa Barat adalah tidak memberikan hadiah besar bagi mereka yang menemukan karya-karya penting bagi pengetahuan dan kemanusiaan. Saya bisa saja nanti membuat Gemah Ripah Repeh Rapi Award untuk para akademisi, mahasiswa, atau siapapun warga yang berhasil menemukan sesuatu yang bermanfaat luas bagi masyarakat,” ujar Dedi.
Namun, lanjutnya, tantangan besar muncul ketika sebuah temuan dianggap mengganggu kemapanan produk yang sudah dikuasai oleh kelompok tertentu.
Baca Juga: Hari Santri Nasional 2025, PCNU Kota Depok Napak Tilaske Makan Tokoh NU di Kecamatan Cipayung
Produk inovatif sering kali tidak bisa berkembang karena berbenturan dengan kepentingan kapitalisme dan hegemoni industri.
“Kalau ada penemuan yang mengganggu hegemoni produk di bidang kesehatan, pertanian, lingkungan hidup, atau teknologi, biasanya akan dihambat dengan berbagai ketentuan. Saya sudah bertemu dengan banyak orang hebat, tapi hanya bisa disampaikan di bawah tangan (secara terbatas), karena belum bisa meraih sertifikasi. Untuk meraih itu, mereka harus melewati banyak rintangan yang sering kali justru dikuasai oleh kepentingan kapital,” jelasnya.
Dedi mencontohkan tantangan di dunia medis. Menurutnya, pengobatan tradisional sering kali diperlakukan tidak adil.
Baca Juga: Enaknya Semur Tahu Telur, Menu Hemat Akhir Bulan
“Kalau ada pasien meninggal karena pengobatan tradisional, ributnya luar biasa, semua ahli turun tangan, bahkan dianggap pidana. Apakah di rumah sakit tidak ada yang meninggal? kan sama, tapi perlakuannya beda,” tegas Dedi.
Ia juga menyoroti bahwa obat-obatan tradisional, herbal, atau genetis yang terbukti mampu menyembuhkan, sering kali sulit masuk pasar karena alasan sertifikasi dan regulasi.
Artikel Terkait
Tega! Anggaran Pesantren 2026 Nol Rupiah, DPRD Jawa Barat Sebut Dedi Mulyadi Zalim
Penderita Tumor Asal Ciamis Minta Bantuan, Dedi Mulyadi: Langsung Dijemput Pagi Ini ke RS Welas Asih, Biaya Ditanggung Gubernur
Dedi Mulyadi Janji Bangun Jembatan Memadai dari UIN ke Masjid Al Jabbar: Jadi Tanggungan Pemerintah
Dedi Mulyadi Soroti Sistem Pendidikan Saat Ini: Hilangnya Ikatan Emosional Antara Pengajar dan Pendidik
Kritik Dedi Mulyadi terhadap Sistem Pendidikan: Skripsi Hanya Jadi Narasi Tanpa Makna
Anggaran 2026 Disetop, Pengasuh Pesantren Depok Kecewa Kebijakan Gubernur Dedi Mulyadi : Ini Data dan Faktanya!
Dedi Mulyadi Tawarkan Kerja Sama UIN: Perguruan Tinggi Harus Hasilkan Produk Bermanfaat Bagi Rakyat