Senin, 22 Desember 2025

Dedi Mulyadi Tegaskan Gerakan Sapoe Sarebu Bukan untuk Tutupi Anggaran yang Turun, Melainkan Wujud Tradisi Gotong Royong di Jawa Barat

- Kamis, 9 Oktober 2025 | 17:52 WIB
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi kembali mengklarifikasi terkait ajakan sapoe sarebu (Instagram/@dedimulyadi71)
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi kembali mengklarifikasi terkait ajakan sapoe sarebu (Instagram/@dedimulyadi71)

RADARDEPOK.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali memberikan klarifikasi terkait ajakan donasi Rp1.000 per hari atau yang dikenal dengan gerakan “Sapoe Sarebu” atau “Poe Ibu”.

Program ini sempat menuai tanggapan dari salah satu anggota DPR RI yang meminta agar kebijakan tersebut ditinjau ulang karena dianggap berkaitan dengan upaya menutupi anggaran pemerintah daerah yang menurun.

Melalui unggahan di akun Instagram resminya, @dedimulyadi71, pada Kamis, 9 Oktober 2025, Dedi menegaskan bahwa ajakan Sapoe Sarebu ini bukan kebijakan pengumpulan dana untuk menutupi pemotongan anggaran, melainkan gerakan sosial berbasis nilai kearifan lokal masyarakat Jawa Barat.

Baca Juga: Ada Resto Keluarga Baru di Depok yang Syahdu! D Tilapia Huis Sajikan Ikan Fresh Langsung dari Tambak Sendiri

Bapak anggota DPR RI yang baik hati, ajakan untuk sama-sama memberikan kebaikan Rp1.000 itu bukan kebijakan untuk mengumpulkan uang menutupi menurunnya jumlah anggaran karena dipotongnya dana transfer daerah, tidak sama sekali,” ujar Dedi.

Lebih lanjut, Dedi menjelaskan bahwa gerakan ini merupakan bentuk pengaktualisasian tradisi gotong royong yang sudah hidup lama di masyarakat Jawa Barat, seperti Gasibu, Beas Perelek, Beas Himpitan, dan berbagai gerakan sosial lainnya yang berorientasi pada kepedulian terhadap sesama.

Sapoe Sarebu ini hanya mengaktualisasikan kembali tradisi yang biasa hidup di Jawa Barat. Tujuannya untuk menyelesaikan problem yang tidak diatur dalam APBN atau APBD,” tambahnya.

Baca Juga: Cegah Kejadian Terulang, Menko PM Muhaimin Iskandar Bentuk Satgas Penataan Pembangunan Pesantren

Sebagai contoh, Dedi menuturkan bahwa dana hasil gerakan ini bisa digunakan untuk membantu warga yang kesulitan biaya transportasi ke rumah sakit, mendukung keluarga pasien yang sedang menunggu di rumah sakit, atau menolong warga yang kehilangan tulang punggung keluarga akibat sakit.

Dalam banyak kasus, kegiatan semacam ini bahkan sudah biasa dilakukan di lingkungan RT dan RW, seperti pengadaan kursi, tenda, atau bantuan sosial lainnya yang menjadi aset bersama masyarakat.

Kita tidak mencari uang untuk menutupi sumber keuangan. Ini hanya menjaga tradisi saja, dan pemerintah memberikan support agar tradisi ini dipertahankan melalui ajakan,” tegas Dedi.

Baca Juga: BRI Terus Tumbuh, Raih Penghargaan Ideks Tempe-IDN Financials 52 di Ajang Malam Apresiasi Emiten 2025

Ia juga menambahkan bahwa semangat serupa sebenarnya telah lama tumbuh di masyarakat, misalnya lewat uang kas kelas di sekolah yang digunakan untuk menjenguk teman yang sakit atau kegiatan sosial lainnya.

Mohon untuk tidak salah pengertian. Yuk, kita bekerja bersama untuk kebaikan masyarakat,” tutup Dedi.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febry Mustika Putri

Sumber: Instagram/@dedimulyadi71

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X