Baca Juga: 3 Tempat Wisata Instagramable yang paling Dekat dengan Depok, Banyak Spot Foto Menarik, loh!
"Peluang masih banyak untuk kemitraan," kata Sunardi.
Supardi menilai, masuknya WPI tidak menyebabkan pelaku penggilingan di daerah tersebut gulung tikar.
Mereka justru bersinergi agar sama-sama hidup dan berkembang. Hal itu terjadi karena adanya kesadaran yang tumbuh dari pelaku usaha penggilingan yang ingin terus dapat mengikuti perkembangan jaman.
"Saat ini ada 135 penggilingan kecil dan empat perusahaan penggilingan besar. Semuanya bersinergi," jelas Supardi.
Baca Juga: 7 Wisata ala Jepang di Indonesia yang Rekomended buat Sobat Depok, Gratis, loh!
Terpisah, Ratna Esminar, salah satu pelaku usaha penggilingan di Ngawi menyatakan telah merasakan manfaat bermitra dengan WPI.
Dengan adanya kemitraan ini, ia meraskan adanya kepastian harga, kelancaran pembayaran dan akses pasar.
Hal itu tidak hanya berimbas terhadap kelangsungan bisnisnya, tetapi juga para petani yang telah bermitra dengannya.
"Dulu saya harus cari-cari pembeli, minim info harga, sistem pembayaran antar pembeli beda. Kalau saya inginnya ada kontinuitas dan kepastian," tutur Ratna.
Menurut Ratna, kemitraan tersebut telah membantunya mengembangkan usaha karena kemampuan perusahaan dalam menyerap gabah, terutama saat panen raya.
Ratna mencontohkan, sebelum bermitra, dia hanya memproses gabah maksimal 10 ton per hari hanya jika ada pembeli yang pasti.
Belum lagi proses pembayaran yang baru cair lima hari kemudian sehingga berimbas terhadap pembayaran ke petani.
"Dulu saya beli sesuai kemampuan penggilingan. Sekarang saya bisa beli sesuai stok gabah. Dulu satu rit (8-10 ton), sekarang bisa 5 rit. Bisnis saya tetap jalan, saya juga membeli gabah petani untuk disuplai ke perusahan," ungkap Ratna, yang telah menjalani usaha penggilingan sejak 1997.