nasional

Dedi Mulyadi Ingin Hidupkan Kembali Sekolah Khusus Sepak Bola di Jawa Barat

Rabu, 16 Juli 2025 | 17:11 WIB
Diskusi Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dengan Erick Thohir untuk mengadakan kembali sekolah sepak bola di Jawa Barat (Tangkapan layar Youtube LEMBUR PAKUAN CHANNEL)

RADARDEPOK.COM - Dalam sebuah diskusi yang ditayangkan di kanal YouTube Lembur Pakuan Channel, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan gagasannya mengenai pengembangan dunia sepak bola di Tanah Air, khususnya melalui pendirian kembali sekolah khusus sepak bola.

Diskusi tersebut juga dihadiri oleh Menteri BUMN Erick Thohir, yang dikenal sebagai tokoh olahraga nasional dan pengurus sepak bola, bersama jajaran pimpinan daerah Jawa Barat.

Dalam pernyataannya, Dedi Mulyadi mengungkap bahwa dirinya pernah mendirikan sekolah sepak bola bernama Asad Jaya Perkasa 212, sebuah akademi yang memberikan pendidikan sepak bola secara intensif kepada para remaja berbakat.

Baca Juga: IMHJB Sukses Gelar Kopdargab Meriah di Ciamis, Ratusan Bikers Honda Padati Jati Sewu Cibungbang

“Saya pernah punya sekolah, namanya Asad Jaya Perkasa 212. Anak-anak itu setiap hari tinggal di camp dan dibiayai oleh Pemda. Ada 50 orang, mereka tetap sekolah tapi kurikulumnya sudah sepak bola,” ujar Dedi.

Ia menjelaskan bahwa kurikulum yang diterapkan saat itu difokuskan pada sepak bola, dengan kegiatan dari pagi hingga malam.

Selain latihan fisik, para siswa juga mendapatkan pendidikan spiritual seperti mengaji, sebagai bentuk pembinaan karakter.

Program tersebut disebutnya berhasil melahirkan banyak pemain potensial, termasuk penjaga gawang berbakat yang kini berkiprah di berbagai level kompetisi.

Baca Juga: Cobain Sarapan dan Jajanan Khas Minang di Sarapan Uni Mila Depok, Buka dari Pagi!

Dedi Mulyadi ingin menghidupkan kembali pola pendidikan seperti Asad Jaya Perkasa 212. Ia mengusulkan agar dibentuk sekolah-sekolah sepak bola yang fokus pada pembinaan atlet usia dini namun tetap memiliki status formal sebagai siswa di tingkat SMP atau SMA.

“Jadi dia sekolahnya sekolah sepak bola, tetapi terdaftar sebagai siswa SMP atau SMA. Statusnya tetap belajar, tapi aktivitasnya memang fokus di sepak bola,” jelasnya.

Dedi ingin menghindari situasi di mana para siswa atlet harus tertekan karena bentrok antara pertandingan dan ujian sekolah, sebagaimana yang kerap terjadi di masa lalu.

“Saya enggak mau lagi ada kejadian seperti dulu, anak-anak mau ikut turnamen atau final, malah pusing karena bertepatan dengan ujian. Itu yang ingin saya hindari,” tegasnya.

Baca Juga: Serunya Liburan di Ledok Sambi Ecopark, Bisa Piknik, Camping, Hingga Bermain Air di Pinggir Sungai

Halaman:

Tags

Terkini