RADARDEPOK.COM - Pemerhati pendidikan di Depok, Supartono, buka suara soal wacana keperuntukan eks Gedung SDN Pondok Cina 1 menjadi Rumah Didik Anak Istimewa.
Ia mengatakan, kalau Pemkot Depok sudah ketuk palu anggaran, artinya tidak bertanggungjawab karena mengubah peruntukan. Tetapi harus dicari latar belakang, fakta, dan datanya, mengapa ada perubahan tersebut.
Seperti diketahui, saat pemeirntahan sebelumnya, kes gedung sekllah tersebut direncanakan menjadi masjid.
“Kalau sudah sampai ketuk palu anggaran, terus ada perubahan, kan jelas tidak benar,” kata Supartono kepada Radar Depok, Selasa (20/5).
Supartono menuturkan, siapa yang ada di balik perubahan itu tentu ada kepentingan, apabila rencana pembangunan Masjid Agung diubah menjadi sekolah istimewa. Karena kisruh SDN Pondok Cina 1 sudah lama terjadi. Maka dari itu, perlu dicari tahu latar belakang dan tujuannya dulu.
“Yang saya lihat, rencana bangun masjid itu zaman pemerintahan siapa. Sekarang mau diubah jadi sekolah istimewa, itu pemerintahan siapa. Sepertinya memang ada kepentingan,” kata Supartono.
Terkait anggaran, sambungnya, bila memang tidak jadi untuk masjid dan mau diubah untuk sekolah istimewa, Menurutnya, itu urusan anggota dewan.
“Saya melihat, mana yang lebih urgen, masjid atau sekolah, khususnya untuk wilayah itu. Dan saya juga melihat, yang merencanakan bangun masjid pasti menolak sekolah istimewa. Karena berkaitan dengan pemerintahan lama,” kata Supartono.
Menurutnya, mungkin pemerintah yang sekarang melihat pembangunan sekolah lebih urgen. Karena banyak yang berpendapat, bahwa di wilayah itu sudah banyak masjid dan musala. Sehingga ada perubahan rencana pembangunan.
“Jadi, dari sudut pendidikan, di sini antara pemerintah dan dewan adalah kuncinya,” ujar Supartono.
Di Kota Depok baru ada 13 Sekolah Luar Biasa (SLB). 1 SLB Negeri sedangkan sisanya swasta. Tapi data sekolah yang dimaksud sekolah istimewa belum ada. Mungkin, nantinya, akan perubahan dari masjid ini akan menjadi sekolah istimewa pertama di Depok.
Sekolah istimewa itu lebih dari SLB, kata Supartono, seperti sekolah inklusi yang beberapa sekolah di Depok memiliki program inklusi untuk melayani siswa dengan berbagai kebutuhan khusus. Seperti autism spectrum disorder (ASD), attention deficit disorder (ADD), attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), sindrom asperger, tuna rungu ringan, slow learner, kesulitan belajar, dan cerdas istimewa berbakat istimewa (CIBI)
“Kemudian sekolah adiwiyata, yakni sekolah yang telah mendapatkan penghargaan adiwiyata. Baik tingkat provinsi maupun nasional, yang menunjukan komitmen mereka terhadap pengelolaan lingkungan,” jelas Supartono.
Artikel Terkait
Patrick Wilson Jadi Sheriff Tangguh di Film The Hollow Point, Tayang di Bioskop Trans TV Malam Ini!
Tayang di Bioskop Trans TV, Film Damascus Cover dengan Kisah Mata-mata yang Dikhianati!
Muda Mudi Galau Akses Kerja hingga Pendidikan, Fraksi PKB Sarankan Solusi Kongkret untuk Pemerintah Kota Depok
TERNYATA! 9 BUMN Berhutang ke BJB hingga Rp3,5 Triliun, Bunganya 0 Persen
Kompak Jaga Depok Tetap Aman dan Nyaman, 8 Ormas Tanda Tangan Nota Kesepahaman : Tolak Aksi Premanisme!
Ironi TPA Galuga : Lokasi di Kabupaten Bogor, Fisik Dikuasai Tetangga
DPRD Kota Depok dan Peradi Siap Sosialisasikan Hukum Hingga ke Akar Rumput, Begini Kata Yuni Indriany