Baca Juga: KPU RI Umumkan 5 Nama Komisioner Kota Depok, Satu Pertahana Masuk
"Hal ini pula yang menggambarkan perilaku pemilih pada masyarakat Sawangan dan Bojongsari. Perilaku pemilih dengan karakter daerah seperti ini akan menggambarkan pemilih yang tradisional dan pemilih yang rasional," tutur Yusfitriadi kepada Harian Radar Depok, Selasa (2/1).
Artinya, sambung dia, perilaku pemilih yang tradisional bagi pemilih yang wilayahnya berdampingan dengan Kabupaten Bogor.
Sedangkan pemilih yang cenderung rasional, berada di masyarakat yang wilayahnya beririsan dengan Jakarta dan Ciputat (Tangerang Selatan).
Menurut dia, perilaku pemilih tersebut bisa terlihat pada hasil simulasi Radar Depok. Di mana, calon anggota legislatif yang menonjol elektabilitasnya di Dapil 6 Sawangan, Bojongsari, dan Cipayung masih didominasi oleh incumbent dengan total 6 orang, sedangkan pendatang baru lebih dari 6 yang bersaing ketat.
"Pada sisi ini, tentu saja pemilih tradisional akan menentukan pilihannya dari apa yang dilihat, apa yang diterima, dan apa yang dirasakan," jelas Yusfitiadi.
Namun, sambung dia, bagi pemilih rasional tentu akan lebih banyak pertimbangan rasional dalam menentukan pilihan.
Baca Juga: Ini Hasil Simulasi Pencoblosan di Dapil 2 Kota Depok : Pendatang Baru Kendor, Petahana Makin Gacor
Termasuk mempunyai perilaku menghukum secara politik, terutama bagi anggota legislatif yang selama menjabat tidak memerankan secara maksimal untuk kepentingan masyarakat.
"Begitupun dalam konteks kepartaian. Terjadi kejar-kejaran antara partai penguasa Kota Depok, termasuk Kecamatan Sawangan, Bojongsari dan Cipayung yaitu PKS, yang ditempel oleh Caleg dari partai Gerindra," kata Yusfitriadi.
Sedangkankan, lanjut dia, partai yang lain hanya kebagian masing-masing satu kursi. Di sini sangat menggambarkan pemilih tradisional dan rasional.
Tentu saja kondisi hasil simulasi ini akan menjadi rujukan bagi semua kontestan peserta pemilu. baik partai politik maupun calon anggota legislatif.
"Karena waktu kampanye masih 40-an hari lagi, sehingga dalam waktu 40 hari tersebut masih banyak hal yang mungkin terjadi. Baik pergeseran elektabilitas partai politik maupun elektabilitas Caleg. Sehingga persaingan yang ketat antara petahana dan pendatang baru akan semakin dinamis dan dialektis," jelas Yusfitriadi.