Baca Juga: Namanya Masuk Bursa di Pilkada Depok, Supian Suri Merapat ke Golkar
Lebih lanjut, beber Mary Liziawati, terdapat dua warga Kota Depok yang meninggal dunia akibat terserang penyakit DBD pada tahun ini. Bahkan, satu diantaranya masih berusia anak-anak.
"Untuk kasus meninggal ada satu di bulan Januari, kemudian di bulan Februari dan Maret tidak ada. Tapi saya terima laporan di bulan April ini, ada satu yang meninggal," jelas Mary Liziawati.
Selanjutnya, kata Mary Liziawati, anak yang meregang nyawa akibat penyakit DBD itu mengalami keterlambatan penananganan. Sehingga, tidak dapat diselamatkan.
Apalagi, ungkap Mary Liziawati, fase kritis DBD itu justru terjadi saat demam penderitanya mulai menurun. Saat itu, pasien akan menunjukan gejala yang seakan telah sembuh.
"Iya (anak-anak), jadi mungkin terlambat penanganan. Karena DBD ini kan ketika hari ke lima, atau hari ke tujuh sudah terjadi penurunan demam, ini sering kali tidak diwaspadai, padahal itu masa kritis yang harus segera mendapat penanganan," tandas Mary Liziawati.
Anggota DPRD Kota Depok Komisi D fraksi PKS, Ade Supriatna, seluruh puskesmas di Kota Depok harus segera turun lapangan, dalam memantau wilayahnya masing-masing.
“Ini untuk melakukan pemetaan wilayahnya yang rawan penyebaran DBD di Kota Depok, dalam hal ini juga Dinkes harus memastikan Puskesmas turun lapang,” ungkap dia.
Baca Juga: Mulai Bersinar! Dua Partai di Depok Kepincut Supian Suri Maju Pilkada Depok jadi Walikota
Ade Supriatna menjelaskan, puskesmas juga harus menggencarkan fogging di wilayahnya masing-masing, untuk menghentikan penyebaran virus DBD yang dinilai menjadi sumber. Seperti, pertumbuhan jentik nyamuk pembawa virus.
“Saya juga sudah mengintrusksikan bahwa seluruh Puskesmas juga wajib turun lapang,” tutur dia.***