RADARDEPOK.COM – Atusiasme warga Kota Depok mengikuti car free day (CFD) pertama kali dihelat memang luas biasa. Hanya saja, saat pelaksanaan ada tangan-tangan jahil yang merusak momen kebahagian tersebut.
Salah satunya pungutan liar (Pungli) di Jalan Margonda Raya kepada pedagang. Tak hanya itu, waktu dan jarak juga dirasa belum ideal buat CFD.
Tim Pelaksana CFD Indonesia, Alfred Sitorus menuturkan pelaksanaan CFD dari Pemerintah Kota (Pemkot) Depok harusnya didasari kajian teknis sesuai pedoman CFD terlebih dahulu, bukan sekadar menutup jalan.
Baca Juga: Dagang di Car Free Day Depok ‘Dipalak’ Rp20 Ribu, Walikota Supian Suri Tata Ulang PKL
Meliputi dasar seperti menghitung volume atau jumlah kendaraan yang melintasi suatu ruas jalan dalam periode waktu tertentu.
“Harusnya ada traffic counting dulu. Penutupan jalan tidak bisa asal dilakukan, tanpa mengukur dampak terhadap lalu lintas dan kualitas udara. Itu sudah ada pedomannya dari KLHK,” tegas Alfred kepada Radar Depok, Selasa (6/5).
Alfred juga menegaskan, dia meluruskan narasi maraknya warga yang menyebut kegiatan ini sebagai CFD perdana di Depok. Menurutnya dia, sejarah CFD di kota ini sudah pernah ada, meskipun dalam bentuk yang tidak sempurna.
Baca Juga: Bismillah Beres, Sisa 10 Persen Jamaah Haji Depok Belum Miliki Visa
“Kalau disebut perdana di Jalan Margonda, oke. Tapi kalau dibilang perdana di Kota Depok, itu salah. Harusnya Pemkot tidak mengabaikan inisiatif sebelumnya,” tegas Alfred.
Lebih lanjut, Alfred mengungkapkan pihaknya telah membuka ruang diskusi dengan Pemkot, termasuk dengan Walikota Depok Supian Suri. Namun, masukan itu tidak dijadikan pertimbangan utama.
“Kami ingin bantu. Musyawarah itu gratis. Tetapi, kalau pelaksanaannya tidak mengacu pada pedoman, ini bisa jadi bahan evaluasi yang serius,” ungkap Alfred.
Baca Juga: Perdana Digelar Meledak, Dewan PKS Depok Ade Firmasyah Sebut Bukti Keberlanjutan Pembangunan Kota
Evaluasi, beber Alfred harus dilakukan tim CFD dan pemkot. Saat pelaksanaan CFD, mereka melakukan pengukuran langsung terkait kualitas udara saat CFD berlangsung. Parameter, yang akan menjadikan salah satu perasyaratnya CFD ini bisa diselenggarakan.
“Pukul 07:00 kami ukur dengan parameter, menghasilkan PM2,5. Hasilnya, menunjukkan udara saat itu dilokasi tersebut sangat tidak sehat. Jadi fungsi utama CFD, yaitu pemulihan kualitas udara, malah tidak tercapai,” beber Alfred.