RADARDEPOK.COM - Kota Depok tengah dihantui Tempat Pembuangan Sampah (TPS) jadi-jadian atau liar yang bertebaran hampir di setiap wilayah.
Keadaan ini, tidak terlepas dari penuhnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung yang merupakan satu-satunya TPA di Kota Depok.
Parahnya lagi, sampah yang menggunung di TPS liar itu sengaja dibakar pengelola atau inisiator dengan tujuan menghabiskannya.
Baca Juga: Kejari Depok Naikan Kasus Dana Hibah Pilkada Depok 2020, Cari Tersangka?
Namun, mereka tidak memikirkan kesehatan warga setempat yang semakin banyak menjadi korban dari aksi pembakaran sampah liar tersebut. Sebab, fenomena itu tidak disertai edukasi dari pihak pemerintah.
Pengusaha TPS swasta, Kustiono mengaku, sudah selama 28 tahun dirinya mengelola penampungan sampah tersebut, dan banyak warga di sekitar yang juga merasa terbantu dengan adanya penampungan sampah ia kelola tersebut.
“Soal aduan warga terkait akan hal itu baru kali ini saja terjadi, selama 28 tahun ke belakang saya menggarap sampah-sampah ini tidak ada komplen apapun,” ungkap Kustiono kepada Harian Radar Depok, Senin (31/7).
Baca Juga: Delapan Lapangan Jabar Diinspeksi FIFA, Emil Pede Semuanya Lolos
Berkaitan dengan laporan masyarakat yang beredar, Kustiono mengatakan, tidak mengetahui warga mana dan tinggal di mana, hingga informasi tentang akan hal yang berkaitan dengannya menyebar luas di media sosial.
“Sampai Kapolsek, Babinkhamtibmas dan Babinsa datang ke sini meninjau ke lokasi. Mereka datang dan menyampaikan, agar pembakaran sampah di sini jangan terlalu besar,” kata Kustiono.
Padahal, sambung dia, api di pembakaran sampah tersebut terus dijaga agar tidak membesar, dengan cara diberi kawat springbed di dasar tumpukan sampah agar api awet di dalam tumpukan sampah tersebut.
Baca Juga: Wakil Walikota Depok Imam Budi Hartono : Siswa Mesti Perdalam Ilmu Agama, Ini Maksudnya
Lebih lanjut, apabila api tiba-tiba membesar tindakan pertama yang dilakukan adalah menyiramnya dengan air, yang sudah disiapkan di dalam ember.
Tak hanya itu, Kustiono bersama rekan kerjanya juga selalu stand by 24 jam di gubuk yang dibangun di sekitar lokasi untuk menjaga api tersebut agar tidak membesar.