RADARDEPOK.COM - Memulai pendakian Gunung Semeru banyak sekali halangannya, salah satunya ijin pendakian menuju puncak yang tidak di rekomendasikan oleh Petugas Taman Nasional Gunung Semeru. Surat ijin pendakian kami hanya sebatas Ranu Kumbolo.
Laporan : Iqbal Muhammad, Kota Depok
Sekitar pukul 7:00, kami berangkat menuju Ranu Pane dari rumah Mas Hery di Tumpang menggunakan Jeep Hard Top warna merah. Setibanya di Pos Ranu Pane, kabar buruk larangan pendakian ke puncak Mahameru menjadi kenyataan.
Ketika mengurus Surat Ijin pendakian di kantor Pos Bromo Tengger Semeru di Ranu Pane, surat ijin kita hanya distempel Ranu Kumbolo. Artinya, dilarang mendaki lebih jauh lagi dari Ranu Kumbolo.
“Tuh kan yah ga sampe puncak,” kata Rama. “Insyaallah bisa ke puncak kalau Allah menghendaki,” jawab saya untuk meyakinkan Rama dan Adam.
Pendakian menuju Ranu Kumbolo melalui jalur normal jauh lebih nyaman karena tidak ditemui tanjakan ekstreem seperti jalur Ayak Ayak. Jalurnya cenderung landai, namun menempuh waktu dan jarak yang cukup lama karena memutari beberapa bukit.
Lelahnya jalur pendakian bisa terobati ketika memasuki pos 4, dari ketinggian, keindahan Ranu Kumbolo sudah terlihat. Jejeran tenda berwarna warni sudah berdiri di ujung danau.
Setibanya di area perkemahan sekitar pukul 16:00, beberapa sahabat ada yang sibuk membangun tenda, ada yang mencari air, sedangkan saya dan istri mencoba memasak kudapan kentang goreng dan membuat kopi dan susu hangat.
Ranu kumbolo saat itu sangat dingin sekali,melihat thermometer di jam tangan menunjukan angka 10 derajat celcius, dan terus menurun. Sore itu dimafaatkan untuk istirahat usai makan, jaga jaga jika kondisi kebakaran di Kalimati sudah padam dan bisa didaki.
Jumat (20/9/2019), pukul 5:30 saya terbangun karena ingin buang air kecil, rasa rasanya untuk membuka tenda butuh keberanian yang sangat kuat untuk melawan dinginnya Ranu Kumbolo yang saat itu mencapai 5 derajat celcius.
Baca juga :Tantangan dan hambatan pendakian gunung semeru dengan keluarga (3) Menembus Hutan Kalimati yang Terbakar dan Hipotermia yang Mengancam
Usai sarapan pagi di Ranu Kumbolo kita habiskan untuk sesi foto foto, sedangkan dua sahabat Fidel dan Kondor melihat kondisi api di Kalimati. Sepanjang hari itu kita menunggu kabar dari Fidel dan Kondor yang sedari pukul 8:00 hingga pukul 14:30 belum juga datang ke Ranu Kumbolo untuk melaporkan hasil pantauannya di Kalimati.
Arlan dan saya mencoba mencari informasi ke beberapa pendaki lain, kebetulan pendaki asal Sulawesi Selatan yang baru saja melihat kondisi di Kalimati memberikan informasi ke Arlan.
“Api sudah padam di jalur pendakian menuju puncak Semeru, hanya ada beberapa titik api yang masih menyala. Saya fikir jalur sudah bisa di lewati,” kata salah satu pendaki asal Sulawesi Selatan tersebut.
Mendapat informasi itu, kami bersiap menuju Kalimati. Salah satu tenda kami bongkar dan peking masuk ke dalam satu carier beserta logistic, sedangkan saya dan istri bawa peralatan penghangat untuk anak anak.
Baru saja mau berangkat dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati, Fidel dan Kondor datang melaporkan kondisi di Kalimati. “Kalo menurut gw ga rekomended klo dipaksa naik ke puncak bang, asap masih menggumpal di sekitar kalimati,” kata Kondor. “Iya bang nih gw ada videonya,” sahut Fidel sambil memperlihatkan video di smartphonenya kondisi di Kalimati.
“Gimana Bal, gw sih terserah lu. Gw ngikut aja,” kata Arlan. “Tembusin aja dulu Kalimati. Kalau memang tidak memungkinkan kita ga usah muncak, tapi klo kondisinya memungkinkan, kita gass Sumit,” sahut saya. “Okeh klo gitu kita bergerak ke Kalimati,” tegas Arlan.
Keputusan saya melanjukan ke Kalimati disambut bahagia oleh Adam dan Rama. “Yes,” kata Rama. “Aa sama Ade siap ya klo kita muncak semeru,” tanya saya. “siap yah,” jawab Adam dan Rama.
Keputusan jalan menuju Kalimati sepertinya kurang disetujui sama istri saya. Terlihat dari mimik mukanya yang kurang senang dengan keputusan saya. Wajar bagi seorang ibu khawatir akan keselamatan kedua anaknya yang masih duduk di sekolah dasar dengan model pendakian yang sangat sangat beresiko.
“Jangan dipaksakan yah, bunda khawatir,” kata istri saya sambil berbisik. “Jalan aja dulu ke Kalimati, klo memungkinkan kita muncak,” jawab saya sambil berbisik.
Perjalanan dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati bukan perkara mudah, jarak tempuh yang harus kita lewati sepanjang 7,5 Km dengan jalan mendaki dan berliku.
Untuk mengawali perjalanan kita dihadapi oleh Tanjakan Cinta yang fenomenal dan memiliki mitos yang sangat terkenal itu.
Ya, mitos bagi siapa yang menyukai wanita atau pria, jalan dari bawah tanjakan hingga puncak tanjakan cinta tanpa berhenti dan menengok kebelakang sebari membayangkan wanita atau laki laki pujaannya, dipercaya akan berjodoh.
Hhhhmmmm….memang itu mitos, tapi di kehidupan pribadi saya itu menjadi kenyataan, bukan berarti saya percaya dengan mitos itu.
Tahun 2001, saya pertama kali mendaki Gunung Semeru, saat itu hubungan saya dan pacar saya sedang putus. Mitos itu benar-benar saya lakukan, dengan sekuat tenaga saya mendaki tanjakan cinta tanpa berhenti dan menengok kebelakang.
Pendakiannya sangat berat apalagi saat itu beban di pundak saya membawa carier yang sangat berat. Pendakian Tanjakan Cinta berhasil. Sepulang pendakian Gunung Semeru saat itu, saya coba telp pacar saya itu.
“Saya pulang sekitar pukul 16:00 di stasiun Bogor,” kata saya saat itu. Tak disangka, ternyata pacar saya jemput ke stasiun Bogor dan hubungan saya dengan pacar kembali membaik sampai akhirnya ke pelaminan dan kini menjadi istri dan ibu dari kedua anak saya yang kini mendaki bersama Gunung Semeru.
Usai melahap tanjakan cinta, mata kita di manjakan dengan hamparan savana Oro Oro Ombo. Oro-oro Ombo dihiasi oleh hamparan bunga verbena, jika pendakian dilakukan bulan April, Mei dan Juni bunga verbena ini mekar dan berwarna ungu memenuhi savanna seluas 20 hektar.
Verbena tumbuh tinggi, hampir setinggi tubuh manusia. Ketinggiannya rata-rata 1,5-2 meter. Melewati verbena pun seakan seperti menembus labirin hidup. Tak khayal, spot Oro-oro Ombo ini menjadi favorit pendaki untuk berfoto.
Di ujung savanna oro oro ombo, kita masuk ke pos Cemoro Kandang. Dari Ranu Kumbolo hingga Cemoro Kandang yang berada di ketinggian 2500 Mdpl, jarak tempuhnya 2,5 km, dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit.
Artikel Terkait
Tantangan dan Hambatan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga (3) : Menembus Hutan Kalimati yang Terbakar dan Hipotermia yang Mengancam
Tantangan dan Hambatan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga (4) : Istri Mendadak Datang Bulan Nyaris Menyerah dan Menjadi Keluarga Berdiri Paling Tinggi di Pulau Jawa
Tantangan dan Hambatan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga (5) : Salah Jalur, Masuk ke Jalur Kematian Blank 75
Tantangan dan Hambatan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga (6-Habis) : Kalau “Mereka” Sudah Suka Sama Kalian, Maka Kalian Tidak Akan Pernah Kembali