Selain itu, salah satu tantangan terbesar yang sering dihadapi oleh perempuan, terutama yang aktif dalam politik, adalah membagi waktu antara kewajiban publik dan keluarga. Masyarakat sering kali memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap perempuan untuk bisa menjalani kedua peran ini dengan sempurna.
"Maka dari itu, kita sebagai perempuan jangan menye-menye, atau minta dispesialkan, atau apalah. Kalau minta disetarakan gender dengan laki-laki, tunjukan," kata Yeti Wulandari dengan lantang.
Bagi banyak perempuan, menjadi ibu bukan hanya sekadar menjalani kewajiban, tetapi juga sebuah panggilan yang luhur dan memiliki tanggung jawab besar. Bagi Yeti Wulandaru, pegangan utama yang selalu dia pegang adalah ajaran agama Islam yang menempatkan ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya.
"Sebelum saya bisa menjadi madrasah bagi anak-anak di luar sana, saya harus memastikan terlebih dahulu bahwa saya bisa menjadi madrasah yang baik bagi anak-anak saya di rumah," kata Yeti Wulandari dengan lembut.
Baca Juga: Kondisi SDN Cinangka 3 Tak Layak, Yuni Indriany Langsung Prioritaskan Perbaikan di 2025
Bagi Yeti Wulandari, ada satu hal yang tak pernah dia tinggalkan, yaitu memberikan perhatian penuh dan waktu yang berkualitas untuk anak-anak, terutama dalam momen-momen penting seperti ujian sekolah.
Menurut Yeti, mendampingi anak-anak bukan hanya soal kehadiran fisik. Dia merasa bahwa cara mendidik yang paling efektif adalah dengan melibatkan diri dalam proses belajar anak-anaknya. Salah satu cara yang dia lakukan adalah dengan membuatkan soal ujian sendiri untuk anak-anaknya, sebuah metode yang menurutnya sangat efektif untuk menilai kemampuan serta membantu anak-anak lebih siap menghadapi ujian.
"Jadi kalau anak saya sedang ada ujian, maka saya tidak akan ikut kunjungan kerja keluar kota. Bahkan, ketika rapat terkadang saya masih menyempatkan diri untuk membuat soal latihan ujian untuk anak saya," kata Yeti Wulandari sambil tersenyum.
Bagi Yeti, menjabat sebagai wakil rakyat bukanlah sekadar sebuah jabatan, melainkan sebuah tanggung jawab besar yang harus dijaga dengan segenap hati dan komitmen, baik dalam kata maupun tindakan. Berkiprah selama empat periode bukan berarti dia sudah terbiasa dengan tugas dan tanggung jawab yang ada. Sebaliknya, Yeti justru merasa bahwa menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya adalah hal yang jauh lebih sulit daripada mendapatkannya.
"Harapan saya adalah, saya ingin menjadi representasi yang sesungguhnya bagi masyarakat, khususnya di dapil saya, Cimanggis. Saya ingin benar-benar bisa menyuarakan aspirasi masyarakat yang saya wakili," tandas Yeti Wulandari. ***
Artikel Terkait
Kadernya Mendapat Dugaan Tindak Persekusi Saat Kampanye Pilkada Depok oleh Kubu Sebelah, Imam Budi Hartono : Kami Sedih, Akan Kami Laporkan!
Bisa Jadi Ide Jualan yang Bakalan Laris! Ayo Cobain Puding Milo Coklat Kekinian yang Nyoklat Abis dan Mudah Dibuat Ini!
Sama Seperti Perdana, Imam Budi Hartono dan Ririn Farabi Arafiq Bakal Kembali Hadirkan Kejutan Saat Debat Kedua Pilkada Depok
Relawan Kopi Bergairah! Siap Gedor Warga Sawangan Depok Ajak Coblos Imam-Ririn di 27 November
Peringati Hari Ayah: Imam Budi Hartono Katakan Seluruh Ayah Tangguh, Lanjutkan Pengorbanan Buat Keluarga!
Kondisi SDN Cinangka 3 Tak Layak, Yuni Indriany Langsung Prioritaskan Perbaikan di 2025