RADARDEPOK.COM-Perjalanan karier seorang Siswanto selaku Anggota DPRD Kota Depok dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tentu tidak mudah. Kehadirannya merupakan salah satu potret transformasi dari dunia jurnalistik ke panggung politik.
Laporan : Aldy Rama
Siswanto merupakan putra asli Sidoarjo, Jawa Timur. Anak kedua dari lima bersaudara itu lahir pada 2 September 1981.
Siswanto lahir dan dibesarkan dari keluarga yang tak bergelimang harta. Sederhana. Kedua orang tuanya merupakan sosok pekerja keras. Menggantungkan hidupnya dengan memproduksi dan menjual tempe ke Surabaya.
“Orang tua saya itu pekerja keras. Mereka menjual tempe berangkat jam 12 malam dan pada pagi harinya pulang ke rumah dan produksi tempe lagi. Istirahatnya sebentar dan tak lama kemudian ke pasar lagi,” ungkap Siswanto.
Baca Juga: Ade Ibrahim Soroti Ketimpangan Kuota Sekolah Swasta Gratis
Pendidikan pertama yang Siswanto jajaki adalah Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MINU), SMP, hingga mondok di pesantren Nurul Huda Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Semangat menuntut ilmu membawanya hingga kuliah di Universitas Widyagama Malang pada tahun 2000, tempat mulanya ia menulis sebagai seorang jurnalis.
Meski kariernya bermula dari seorang jurnalis, tetapi faktanya Siswanto mengambil jurusan hukum. Memasuki semester enam atau tahun ketiga kuliahnya, Siswanto dipinta oleh salah satu rekannya untuk menjadi reporter Jawa Pos Radar Malang.
Baca Juga: Legislatif Jawa Barat, Elly Farida Dorong Generasi Muda Melek Politik dan Siap Pimpin Masa Depan
“Pada tahun 2003 itu saya ditantang untuk menjadi reporter Jawa Pos Radar Malang. Karena waktu semester empat itu saya sudah mulai belajar nulis artikel. Jadi, dulu itu saya suka menulis artikel. Saya masukin ke beberapa media lokal, dan itu mendapat reward dari kampus dan media itu sendiri,” ungkap Siswanto.
Akhirnya Siswanto menerima tantangan tersebut. Pada hari pertamanya liputan itu ada empat berita yang ditulisnya. Namun pada saat itu tidak ada satupun berita yang dimuat oleh redaktur, karena Siswanto belum terbiasa untuk menulis berita.
Baca Juga: Teror Santet Menyerang Sebuah Keluarga di Sinopsis Film Kitab Sijjin dan Illiyin
Kendati demikian, hal itu tidak mematahkan semangat Siswanto dalam menulis. Pada akhirnya ia semakin giat belajar untuk menulis berita. Karena pada saat itu ia memiliki niat untuk bersungguh-sungguh menjadi seorang jurnalis.
“Saat itu gaji pertama saya sebagai seorang jurnalis hanya Rp300 ribu per bulan. Saya bekerja sambil kuliah. Waktu itu kuliah saya hampir keteteran karena sambil bekerja. Akhirnya pada 2004 itu saya fokuskan pada kuliah, meski masih bekerja. Akhirnya kuliah saya tuntaskan pada 2005,” beber pria berusia 43 tahun itu.
Artikel Terkait
CFD Perdana Kota Depok Bikin Warga Sukacita, Siswanto Yakini Pemkot Persembahkan yang Terbaik untuk Masyarakat
Bukan Sekadar Reses! Siswanto Langsung Tindaklanjuti Keluhan Warga soal Drainase Buruk, Jalan Rusak hingga Rumah Ambruk
Ditangan Siswanto Reses Bukan Formalitas di Balik Meja, Langsung Eksekusi dan Dapat Temuan Baru : Ketua Lingkungan Kurang Proaktif pada Warga
Tentang Asusila Oknum Guru SMP Negeri Depok : Siswanto Sentil Kepsek, Jangan Bikin Kesimpulan Sendiri!
Siswanto Akui jadi Saksi Perubahan Kota Depok : Warga Bebas Berekspresi di Depok Run Festival 2025