RADARDEPOK.COM-Tradisi sedekah bumi di Sumur Gondang kembali digelar warga Kampung Pedurenan, Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Kamis (17/9). Kegiatan adat yang telah berlangsung lebih dari lima dekade ini menjadi bentuk syukur warga atas hasil bumi sekaligus pelestarian budaya leluhur.
Laporan : Agnesya Wianda
Alunan musik tradisional menyambut acara tradisi di Kampung Pedurenan, Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Warga berbondong-bondong datang membawa aneka makanan dan hasil bumi. Mereka berkumpul di sekitar Sumur Gondang, sebuah situs keramat yang menjadi saksi bisu perjalanan budaya selama lebih dari lima dekade.
Tradisi Sedekah Bumi yang rutin digelar setiap bulan Suro ini bukan sekadar ritual, melainkan napak tilas jejak leluhur yang telah diwariskan turun-temurun. Selama dua hari dua malam, warga dari Kampung Kalimanggis, Ganceng, dan Kranggan menyatu dalam doa, pertunjukan seni, dan tumpengan bersama.
“Ini bukan sekadar hiburan, tapi bagian dari sejarah dan budaya kami. Kami mengikuti tradisi nenek moyang di kampung ini, menyatukan masyarakat dari tiga kampung berbeda dalam satu semangat, rasa syukur," ujar Muhammad Taslim, Ketua Panitia Sedekah Bumi 2025.
Acara dimulai pada Rabu (16/7) malam dengan doa bersama demi kelancaran kegiatan. Keesokan harinya, warga menyumbangkan makanan dan sembako sebagai bentuk sedekah. Hasil bumi dan hidangan lokal digelar untuk didoakan bersam, sebuah tradisi yang dikenal warga setempat sebagai bebaritan.
“Kenapa dinamakan Sedekah Bumi? Karena yang kita sedekahkan itu dari hasil bumi kita sendiri, dan untuk kita sendiri juga,” lanjut Taslim. “Ini bentuk syukur kita kepada Sang Pencipta.”
Lebih dari sekadar seremoni adat, Sedekah Bumi juga menjadi ruang pemberdayaan masyarakat. Warga yang memiliki usaha mikro memanfaatkan momen itu untuk berjualan makanan, kerajinan, dan produk lokal lainnya.
“Dari kita untuk kita. Kita ingin budaya jalan, ekonomi juga jalan," kata Muhammad Taslim.
Ketua Kumpulan Orang-Orang Depok (KOOD) Cimanggis, Tri Sakti Anggoro, menyebut kegiatan ini layak ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda.
“Tradisinya sudah ada lebih dari lima puluh tahun. Unsur budaya terpenuhi, situsnya ada, dan setiap tahun dilaksanakan dengan penanggalan yang sama,” ujarnya.
Menurut Tri Sakti, kekuatan acara tersebut bukan hanya pada ritualnya, tapi juga pada semangat keguyuban warga.
“Kemarin saat acara di Keramat Ganceng, warga dari Curugau dan Pedurenan datang. Saat di Curugau, giliran warga Ganceng dan sini yang merapat. Dan sekarang, di Sumur Gondang ini, semuanya hadir lagi. Ini bukti kalau bebaritan ini masih sangat hidup di masyarakat," tandas Tri Sakti Anggoro. ***
Artikel Terkait
Bakul Budaya FIB UI dan Makara Art Center Gelar Sedekah Hutan, Ini Kegiatannya
Mengenal Kramat Sumur Gondang Harjamukti Depok, Sedekah Bumi Sebagai Wujud Penghormatan Leluhur : Bagian 2
Hafid Nasir Gandeng Gerakan Aku Cinta Depok Luncurkan Program Sedekah Bensin
Intip Keseruan Sedekah Bumi Kramat Ganceng, Kecamatan Cimanggis Depok: Hujan Usai Arak-Arakan, Tanda Sedekah Bumi Diterima
PNM Panjatkan Rasa Syukur HUT ke-26 Lewat Sedekah Kurban ke 26 Titik di Seluruh Tanah Air