RADARDEPOK.COM - Peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-6 suporter tim yang berjuluk Singo Edan chapter Kota Depok berjalan dengan sederhana tanpa ada konvoi dan kemeriahan apapun. Pasalnya, perayaan ini hanya sebagai evaluasi.
Laporan : Andika Eka Maulana
Tanpa menyalakan flare dan menyanyikan chant seperti HUT suporter-suporter lain, Aremania Depok hanya duduk membicarakan hal terkait masa depan superternya dan klub kesayangan.
Hal ini dilakukan, karena para superter masih mengingat tragedi mencekam di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang masih menyisakan bayangan kelam, bagi Aremania Kota Depok.
“Untuk perayaan hari jadi ini, kami hanya sederhana karena masih banyak suporter yang masih menaruh trauma atas tragedi kanjuruan,” ucap Ketua Aremania Depok, Anto.
Dalam perayaan tersebut hanya di hadiri oleh 15 anggota Aremania Depok dari puluhan anggota yang masih aktif.
“Selain trauma, ada beberapa anggota kami yang memang masih di luar kota menjalani kuliah dan bekerja,” ujar dia.
Kegiatan tersebut juga merupakan bentuk rasa syukur mereka atas kesempatan yang mereka dapat untuk berorganisasi dan berinteraksi sebagai keluarga besar Aremania selama enam tahun terakhir.
Baca Juga: IBH tidak Takut Lawan Kaesang di Pilkada Depok 2024: Sudah Tertulis siapa yang akan Memimpin
“Kami disini hanya menjalani silaturahmi setelah tragedi Kanjuruhan, ini kami juga baru berkumpul setelah tragedi itu,” kata dia.
Selain bertemu para anggota, dalam acara tersebut juga membahas rencana kedepan terkait program-program dan acara organisasi Aremania Depok.
“Dan juga menyikapi perbedaan antara yang menepi dan tetep dukung klub Arema,” tutur dia.***
Artikel Terkait
Begini Cerita Aremania Depok Saat Tragedi Kanjuruhan, Gas Air Mata Bikin Panik
Ribuan Bonek Doakan Aremania, Nyalakan Lilin hingga Tabur Bunga
Hasil Investigasi Komnas HAM: Pemain Dirangkul dan Diberi Motivasi Aremania
Berduka untuk Aremania, Jak Mania dan Aremania Depok Nyalakan 1.000 Lilin
Empati Anak Punk Depok untuk Aremania : Tebar Spanduk, 40 Hari Tanpa Keadilan, Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan