Sebelum akhirnya Mehrtens diserahkan, ujar Edison, telah dilakukan dua pembebasan secara simbolis pada Agustus. Yang pertama pada 3 Agustus di Kampung Luaren, Distrik Wutpaga, Kabupaten Nduga. Saat itu, Egianus selaku pimpinan Kodap (Komando Daerah Pertahanan) III TPNPB mengumumkan demi kemanusiaan, dia membebaskan Mehrtens.
Baca Juga: Melihat Para Penggiat Motor Custom di Bogor Bagian 1: Usia 20 Tahun Belajar Bikin Motor Custom
’’Saat itu yang hadir adalah jajaran Kodap III dan warga yang berada di tujuh desa di Distrik Kuyawage,” bebernya.
Pembebasan simbolis kedua terjadi pada 27 Agustus 2024, juga di Kampung Luaren. Sesudah dua pembebasan simbolis itulah Edison bersama tim menemui Mehrtens untuk mengecek kondisinya.
"TNI-Polri turut andil dalam pembebasan pilot Philip dan Kapolres Mimika AKBP I Komang Budiartha adalah eksekutor dalam pembebasan ini. Sebab, saat tim keluar masuk melakukan negosiasi, beliau yang memfasilitasi pembiayaan ketemu pilot, termasuk memberikan bahan makanan ke masyarakat,” ungkapnya.
Layaknya Tamu
Selama di Yuguru, Edison menyebut Mehrtens dihormati layaknya tamu. Karena itu pula, sebelum dia dibebaskan, masyarakat setempat menggelar prosesi bakar batu.
Begitu pula ketika Mehrtens akan dibawa dari Kuyawage ke Yuguru, lanjut Edison, warga setempat juga melakukan prosesi serupa.
Bakar batu punya berbagai nama di berbagai sudut Papua. Di Wamena, misalnya, disebut kit oba isogoa. Sedangkan di Nduga namanya kerep kan. "Prosesi bakar batu punya nilai sosial yang kompleks. Salah satunya untuk penghormatan kepada tamu yang akan pulang,” jelas Edison.***