Kemudian, dia pun memutuskan untuk melukis. Tapi, tak berselang lama dia Kembali berhenti menekuni profesi tersebut. Sebab, hasil karyanya kerap ditawar tak sesuai dengan nilai seni yang diciptakannya.
“Awalnya kepepet, habis uang, yaudah saya mulai tempel- tempel kain perca di pot-pot plastik gitu. Cari- cari akal biar kainnya nempel dan tidak cepet rusak. Beberapa kali gagal akhirnya berhasil juga jadi kaya gini,” tutur pria yang memiliki anak dua itu.
Baca Juga: Di 2030, Depok Targetkan Nol Kasus Baru HIV/AIDS
Pria asal Sulawesi Selatan itu menjelaskan, alasannya menggunakan kain perca karena ingin menghargai jerih payah para pembuat batik, agar tidak terbuang sia-sia. Dia juga ingin melestarikan batik yang telah dipromosikan oleh pemerintah sejak lama dan menghabiskan biaya triliunan supaya dikenal banyak orang.
Baca Juga: Pembangunan Fisik Jadi Fokus Kalimulya Depok Tahun Ini
“Artinya tidak hanya batik dalam bentuk fashion saja tapi dalam bentuk craft juga. Aku coba aplikasikan di berbagai barang home decoration seperti pot, vas, bunga, lilin, tiset dan lain-lain,” jelas dia.
Sementara itu, pria yang mengenakan sendal berwarna coklat itu menjelaskan, nama Say Galeri yang dalam Bahasa Inggris artinya katakan, Bahasa Lampung yang artinya satu dan Bahasa Medan yang artinya selalu. Jadi Say Galeri merupakan galeri yang memiliki kata selalu satu.
Baca Juga: Disdik kota Depok Larang siswa-siswi Rayakan Valentine
Bagaikan bernafas dalam lumpur, usaha baik rekat ini pun sempat mengalami kemerosotan hingga tak ada pemasukan sama sekali saat pandemi Covid 19 melanda. Suyono pun merasa seperti bayi yang terlahir kembali, yang harus merangkak dan menyesuaikan diri lagi.
Kini, usahanya perlahan mulai pulih kembali. Dia bahkan kerap melakukan pelatihan di berbagai penjuru Indonesia, seperti Sulawesi Utara, Banten, Jakarta dan baru-baru ini dia telah melaksanakan pelatihan untuk warga Depok di Hotel Bumi Wiyata.
Baca Juga: Kuat Ma’ruf Divonis 15 Tahun Penjara, Kasus Pembunuhan Berencana Brigadir J
“Dulu sering ikut pameran, Jakarta , Ina Craft sampai Bandung juga pernah, cuma tak begitu produktif karena tamunya yang datang bukan kelompok komunitas atau asosiasi yang mengerti tentang apa yang kami pamerkan,” ucap Suyono sambil membenarkan kacamata yang tersangkut di kepala. (Bersambung)