Tri Juliana merupakan salah satu contoh dari emansipasi. Dengan mental baja yang terdapat di dalam diri perempuan muda ini, dia hempaskan kata malu beserta gengsi karena menjadi pengemudi ojek online perempuan.
Laporan : Audie Salsabila Hariyadi
RADARDEPOK.COM, Hingar-bingar area perkumpulan ojek online atau biasa disebut dengan shelter yang berada di Stasiun Depok Baru terjadi saat pertengahan hari. Tri Juliana yang kerap dipanggil Tri, sedang menunggu orderan yang terpanggil melalui ponselnya di sebuah saung, yang terletak di depan pintu masuk shelter.
Sembari menunggu, dia juga bersantai berbincang dengan rekan-rekannya. Membicarakan bagaimana pendapatan hari ini dan sebagainya. Mereka mengeluhkan tentang surutnya pendapatan dibandingkan dengan zaman jaya-jayanya ojek online.
Baca Juga: Anggota Babinsa Pasir Putih Ajari Siswa SMK An-Nur Pendidikan Baris Berbaris
“Gimana hari ini bro?” tanya Tri kepada rekan yang duduk di sebelahnya setelah mengecek notifikasi ponsel.
“Belum dapat nih. Dari pagi cuma satu saja,” jawabnya sambil menggaruk-garuk kepala.
“Sama nih, gua juga. Semoga saja nanti dapat deh, sudah menjelang orang pulang kerja,” ucapnya dengan penuh harap.
“Iya nih, amin,” ujarnya juga penuh harap bersamaan menatap layar ponselnya.
Baca Juga: Akulturasi Cina Sumbang Keragaman Budaya Indonesia
Perempuan 26 tahun ini memulai karirnya sebagai pengemudi ojek online pada 2017. Sebelumnya dia sudah berkelana bekerja sebagai marketing di sebuah bank negara, admin di LSM, dan pelayan di tempat makan. Pertengahan bekerja di tempat makan, mulailah mencoba ojek online sebagai sampingan.
“Awal waktu lulus kuliah, Grab itu menjanjikan. Banyak yang beralih ke ojek online. Saya dalam dua hari bisa dapat Rp1 juta. Karena di tahun-tahun itu masih melayani penumpang, jadi penghasilan sejuta memang murni dari penumpang,” ucapnya seraya mengecek ponselnya lagi taku-takut muncul notifikasi penumpang, Senin (6/2).
Baca Juga: Madrasah Quran Ibnu Hajar Tingkatkan Fasilitas Mengajar
Jam kerja dirinya tidak menentu. Kadang dia konsisten dari pagi hingga sore atau siang hingga malam. Perempuan yang tinggal di Beji Timur ini kuat menjalani kerjanya dari sehabis subuh hingga pukul 00:00 WIB. Dirinya merasa semangat karena mendapatkan banyak penumpang.
“Tapi kalau sampai malam begitu, dilihat dulu penumpang rutenya kemana. Kalau dia rutenya ke Sawangan Permai gitu, saya cancel karena daerah situ memang sepi dan rawan. Seperti ke Pamulang pun, saya sanggup untuk mengantarkan, asal tahu jalan, trek enak, dan masih terang,” katanya.
Artikel Terkait
Pria Paruh Baya Diduga Tabrakan Diri ke KRL, Nyawa Melayang
26 SD-MI Tapos dan Cimanggis Ikuti Futsal Al-Hidayah Cup
RW14 Bojongsari Depok Galakan PHBS
72 Pegawai Rumkim Depok Jalani Tes Kesehatan, Ini Hasilnya
Madrasah Quran Ibnu Hajar Tingkatkan Fasilitas Mengajar
Akulturasi Cina Sumbang Keragaman Budaya Indonesia
Anggota Babinsa Pasir Putih Ajari Siswa SMK An-Nur Pendidikan Baris Berbaris