Minggu, 21 Desember 2025

Dedi Mulyadi Ungkap Perlu Perbaikan Sistem Rekrutmen Mahasiswa Kedokteran: Harus Berdasarkan Kecerdasan, Bukan Ekonomi

- Jumat, 29 Agustus 2025 | 15:30 WIB
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dalam Seminar Nasional (Tangkapan layar Youtube LEMBUR PAKUAN CHANNEL)
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dalam Seminar Nasional (Tangkapan layar Youtube LEMBUR PAKUAN CHANNEL)

RADARDEPOK.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan perlunya perbaikan sistem rekrutmen mahasiswa kedokteran di Indonesia.

Hal ini ia sampaikan dalam Seminar Nasional Pencegahan Perundungan, Gratifikasi, Korupsi, dan Tindak Pidana Kekerasan Seksual di Lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang digelar pada Jumat, 22 Agustus 2025.

Menurut Dedi, profesi dokter tidak bisa dipandang semata dari sisi akademis atau kemampuan finansial orang tua, melainkan harus menekankan pada kecerdasan akademis sekaligus kecerdasan emosional calon mahasiswa.

Dedi menilai seleksi masuk fakultas kedokteran semestinya setara dengan seleksi akademi kepolisian maupun akademi militer.

Baca Juga: FKSS Depok Apresiasi Tuntutanya di Akomodir, Miki Pirmansyah : Ini Sesuai Harapan Kami di Awal

Sebab, peran dokter sangat erat kaitannya dengan layanan kesehatan dan keselamatan nyawa manusia.

Dunia kedokteran harus kembali menegakkan standar rekrutmen. Mahasiswanya harus cerdas secara akademis dan baik secara emosional. Keputusan dokter itu menyangkut hidup dan matinya manusia, jadi tidak boleh lagi rekrutmen didasarkan hanya pada kemampuan ekonomi orang tuanya,” tegas Dedi.

Selain soal rekrutmen, Dedi juga menyoroti nasib para dokter yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang spesialis.

Ia menilai bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk memberikan beasiswa kepada dokter-dokter yang terbukti mengabdi di puskesmas, rumah sakit daerah, maupun wilayah terpencil.

Baca Juga: Kecewa dengan Insiden Rantis Brimob, Presiden Prabowo Tegaskan Akan Usut Tuntas Kasus Ojol Tewas Terlindas

Dedi berharap, selama menjalani pendidikan spesialis, para dokter tetap bisa bertugas agar mata rantai ekonomi mereka tidak terputus.

Kalau kita kuliah S2, kita tidak meninggalkan pekerjaan. Maka, dokter yang sedang menempuh spesialis pun semestinya tetap bisa praktik. Itu bagian dari proses belajar sekaligus menjaga keberlangsungan hidup mereka,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Dedi juga menekankan bahwa penyelesaian masalah kesehatan tidak bisa hanya bertumpu pada obat-obatan atau teknologi kedokteran, melainkan harus menyentuh upaya pencegahan sejak dini.

Ia menegaskan bahwa ilmu kesehatan adalah ilmu hulu, bukan sekadar ilmu hilir. Oleh karena itu, paradigma masyarakat terhadap kesehatan perlu diubah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febry Mustika Putri

Sumber: YouTube Lembur Pakuan Channel

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X