RADARDEPOK.COM - Persoalan pertambangan ilegal kembali menjadi sorotan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dalam rapat bersama Sekretaris Daerah (Sekda) kabupaten dan kota se-Jawa Barat.
Selain membahas pengelolaan kawasan industri, bahan baku, dan aktivitas pertambangan, Dedi menekankan dampak serius keberadaan penambang ilegal terhadap perekonomian masyarakat Jawa Barat.
Menurut Dedi, sebagian besar penambang ilegal yang beroperasi di wilayah Jawa Barat ternyata bukan warga asli Jabar.
“Penambang-penambang ilegal itu rata-rata bukan orang Jawa Barat. Tinggalnya di Jakarta, yang kerja dari sopir truk sampai pekerja lapangan, semuanya bukan orang sini,” ungkap Dedi.
Baca Juga: Baru Buka! Omon - Omon Playground, Taman Bermain Anak di Jakarta Barat
Dedi menilai, kondisi tersebut menyebabkan efek berantai (multiplier effect) dari aktivitas pertambangan tidak sepenuhnya dirasakan masyarakat Jawa Barat.
Alih-alih memberi kontribusi signifikan, keuntungan ekonomi justru lebih banyak mengalir ke luar daerah.
“Kalau bicara multiplier effect ekonomi, masyarakat Jabar tidak dapat apa-apa. Sopir truk orang luar, truknya bayar pajak di luar, bahkan pekerjanya pun bukan dari sini. Warga lokal paling hanya kebagian jadi tukang warung,” tegasnya.
Dedi menjelaskan, hal inilah yang membuat angka pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah terlihat tinggi di atas kertas, tetapi masyarakat di sekitar lokasi tambang tetap tidak merasakan kesejahteraan.
Baca Juga: Baru! Tamu Coffee, Tempat Nongkrong Asyik Buat Ngobrol dan Santai di Bogor
“Banyak daerah yang pertumbuhan ekonominya tinggi, tapi rakyatnya tetap sulit. Kenapa? Karena perputaran uang hanya terjadi antar-bank atau antar-pengusaha, sementara masyarakat bawah tidak merasakan langsung manfaatnya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dedi menegaskan pentingnya tata kelola pertambangan yang baik dan berpihak pada masyarakat lokal.
Ia mencontohkan bahwa seharusnya mulai dari sopir, pengusaha truk, hingga pekerja lapangan melibatkan warga setempat agar manfaat ekonomi bisa langsung dirasakan.
“Saya tidak mau hanya mengejar angka pertumbuhan ekonomi semata. Yang saya inginkan adalah multiplier effect ekonomi benar-benar dinikmati rakyat Jawa Barat. Sopirnya orang daerah sini, pajak truk dibayarkan di sini, pengusahanya orang lokal, dan mereka juga belanja kebutuhan di warung sekitar. Itu baru nyata dampaknya,” ujar Dedi.