ruang-publik

Integritas dan Akuntabilitas Kabinet Merah Putih

Kamis, 24 Oktober 2024 | 14:41 WIB
Pengamat Sosial dan Politik Universitas Gunadarma, Mohamad Fuad

Presiden Prabowo lebih tertarik mendamaikan dengan mengumpulkan kader kader NU dan PKB duduk di kabinet untuk ikut mengelola negara dan rakyat.

Gus Yahya pernah mengatakan bahwa kader NU yang duduk dikabinet Presiden Prabowo kedepan mencapai lima puluh persen, ternyata meleset jauh bahkan masih kalah jumlah dengan kader Muhammadiyah.

Begitu juga kekuatan PKB di DPR RI, kekuatan suara lima besar di senayan yang berjumlah enam belas juta suara pada akhirnya tidak mampu mengkonversi kursi mentri di kabinet secara proporsional, namun masalah mentri adalah hak perogratif presiden.

Seperti ada yang merancang kesan kuat bahwa konflik PBNU dengan DPP PKB akan dimanfaatkan oleh pihak tertentu. Sehingga ketika PKB bergabung secara serius di kabinet merah putih bisa kompromi tidak banyak syarat. 

Dan Itupun masih logis tergolong masih beruntung dapat jatah Menko dan Wamen dan status kepengurusan PKB tetap terkendali pasca kontestasi pilpres 2024 PKB menjadi rival Prabowo Subianto.

Berbeda dengan Muhammadiyah yang netral, tenang dan santai tidak reaktiv, gugup dan nerveus menghadapi pilpres 2024 namun ternyata Muhammadiyah mendapatakan porsi lebih banyak kader Muhammadiyah di kabinet Presiden Prabowo. Mereka menempati posisi stragis di Kabinet.

Baca Juga: Mengolah Bihun Gitu-gitu Aja! Coba Nih Resep Nugget Bihun yang Enak, Bakalan Cocok Buat Bekal Anak atau Ide Jualan!

Jadi hampir dipastikan bahwa Muhammadiyah dan PAN dalam kabinet merah putih memenangkan pertarungan diatas gerbong kekuasaan Prabowo-Gibran.

Sedangkan PBNU yang telah menghajar DPP PKB dengan sekeras kerasnya bahkan kalau bisa PKB remuk yang pada akhirnya menimbulkan kegaduhan besar dengan biaya mahal.

*Kabinet Merah Putih*

Ketegangan lainnya menjelang pilpres adalah isu nepotisme yang bertentangan dengan konstitusi. Isu ini muncul terkait dengan pencalonan Gibran Rakabuming Raka yang diloloskan oleh Mahkamah Konstitusi dan Komisi Pemilihan Umum yang pada awalnya tidak memenuhi syarat umum. Isu berikutnya lagi kasus akun fufu fafa yang telah menimbulkan berbagai spekulasi gejolak politik.

Sebagian kelompok masyarakat tidak peduli dengan keteganan latar belakang diatas.

Cara berpikir rakyat mengenai masa depan ternyata masih sederhana, yang penting kebutuhan ekonomi terpenuhi, hidup damai, tenteram dan ajakan yang penuh rasa persaudaraan jauh lebih menyentuh daripada membangkitkan semangat perpecahan dan konflik.

Kata pengamat, beberapa aspek budaya masyarakat yang menentukan kunci keberhasilan pasangan Prabowo-Gibran dalam menarik simpati publik. Pertama, antara rasa dan logika.

Baca Juga: Gak Perlu Pake Tepung Terigu dan Ragi, Kamu Bisa Membuat Donat Mochi yang Simple dan Lembut Abis!

Halaman:

Tags

Terkini

Membangun Komunikasi Inklusif Bagi Difabel

Kamis, 11 Desember 2025 | 19:43 WIB

Satu Negeri Dua Realitas

Jumat, 28 November 2025 | 08:55 WIB

Pahlawan Hari Ini

Senin, 10 November 2025 | 19:20 WIB

Menembus Pasar Internasional dengan Produk Daur Ulang

Selasa, 16 September 2025 | 19:56 WIB