Oleh: Endah Tjatur Winarti, M.Pd*)
Pada dasarnya setiap orang tua menginginkan buah hati yang dilahirkannya memiliki kecerdasan yang prima. Sejak dalam kandungan sang ibu sudah mempersiapkan kelahiran calon buah hatinya dengan berbagai upaya, salah satunya mengonsumsi makanan yang seimbang atau memeriksakan kandungan secara rutin, dengan harapan sang buah hati lahir dengan sehat dan cerdas.
Memasuki usia sekolah, orang tua lebih mepersiapkan buah hatinya dengan berbagai upaya agar dapat tumbuh kembang dengan memiliki kecerdasan baik.
Bulan Desember dan bulan Juni adalah bulan yang dinantikan oleh para orang tua. Mengapa? karena pada bulan-bulan tersebut orang tua yang mempunyai buah hati usia sekolah tengah berdebar-debar menunggu laporan hasil belajar buah hatinya di sekolah.
Orang tua akan merasa bangga apabila buah hatinya mendapat peringkat sepuluh besar di kelasnya. Hal tersebut wajar. Meskipun pada dasarnya pada Kurikulum 2013 tidak mengamanatkan peringkat kelas. Orang tua tetap ingin mengetahui posisi putra –putrinya dengan alas an untuk memotivasi.
Lantas bagaimanakah menyikapi jika buah hati ternyata tidak masuk sepuluh besar ? Apakah orang tua menganggap mereka tidak cerdas, lantas memarahinya? Tentu itu bukan merupakan tindakan yang bijak. Kita ingat bahwa Thomas Alfa Edison pernah mendapatkan predikat siswa terbodoh di kelasnya. Namun karena usaha yanag pantang menyerah untuk menemukan lampu pijar, akhirnya sampai saat ini semua orang bisa menikmati hasil penemuannya.
Berkaca dari pengalaman Edison, kiranya orang tua dapat menggali berbagai macam kecerdasan yang ada pada buah hatinya, tidak hanya melalui hasil pada mata pelajaran tertentu.
Setiap orang dilahirkan memiliki kecerdasan yang berbeda. Menurut Dr. Howard Gardner Profesor Bidang Pendidikan di Harvard Amerika Serikat, terdapat delapan jenis kecerdasan manusia, antara lain :
Kecerdasan Linguistik (Word Smart). Pada kecerdasan ini kemampuan anak dapat dilihat dalam kemampuan berbahasa secara lisan maupun tulisan. Anak yang memiliki kecerdasan linguistik biasanya suka membaca, menulis, bercerita, atau mendengarkan cerita. Empat aspek kemampuan bahasa tersebut berkembang lebih menonjol. Orang tua dapat memberikan rangsangan dengan mnyediakan buku-buku bacaan yang menarik.
Selanjutnya pada kecerdasan logika matematis(number smart), anak akan menunjukkan kemampuannya menghitung angka atau yang berkaitan dengan sains maupun logika. Mereka lebih senang memecahkan masalah yang berkaitan dengan angka-angka. Permaian yang bersifat menghitung nampaknya lebih menarik bagi anak yang memilik kecerdasan matematis.
Kecerdasan ketiga adalah kecerdasan intrapersonal (self smart). Anak yang memiliki kecerdasan intrapersonal cenderung suka bermain sendiri, lebih pandai mengatur emosi dan juga memilki rasa percaya diri yang tinggi.
Selanjutnya kecerdasan interpersonal (people smart) kecerdasan ini merupakan kebalikan dari kecerdasan self smart. Pada tipe kecerdasan ini seorang anak lebih suka bermain dengan banyak orang. Anak memilki empati yang tinggi, mampu memahami perasaan lain, dan cenderung menonjol. Dai lebih suka mengambil peran sebagai pemimpin.
Berikutnya adalah kecerdasan musikal(music smart). Anak yang memilki kecerdasan ini cenderung suka bernyanyi, mendengarkan musik, bahkan memainkan alat-alat yang diangggapnya alat musik. Maka tak perlu heran ketika melihat seorang anak yang kadang-kadang gemar memukul benda- benda yang ada di sekitarnya sebagai alat musik.
Pernah melihat anak yang suka menggambar, mencorat-coret kertas, dan mewarnai? Anak yang seperti ini berarti memilki kecerdasan visual-spasial atau picture–smart. Pada kecerdasan ini anak akan memanfaatkan waktu yang mereka milki dengan menggambar objek-objek yang ada di sekililingnya.
Tak kalah menariknya anak yang memiliki kecerdasan kinetik(body smart), anak dengan kecerdasan ini sangat aktif, seperti suka berolaha raga, menari, menyentuh benda, atau membuat sesuatau dengan tangannya.
Terakhir adalah kecerdasan naturalis(nature smart) anak suka bermain di alam. Biasanya anak menyukai binatang atau memiliki kepedulian terhadap binatang.
Setelah mengetahui berbagai jenis kecerdasan di atas, saatnya orang tua berpikir buah hatinya memiliki kecerdasan yang mana. Orang tua dapat menggali potensi pada setiap anak, karena pada dasarnya tidak ada buah hati yang tidak cerdas.
Orang tua sebaiknya tidak memaksakan kehendak kepada buah hati untuk memperoleh nilai yang maksimal pada kecerdasan tertentu yang tidak mereka kuasai. Karena hal tersebut akan menjadi beban bagi mereka. Memberikan fasilitas rangsangan, dan motivasi buah hati yang sesuai kecerdasannya akan memberikan dampak yang lebih baik bagi perkembangan kecerdasan buah hati kita, sehingga mereka mampu berkembang secara maksimal.
Orang tua seharusnya memahami bahwa buah hati mereka telah berjuang keras selama kurang lebih enam bulan untuk menggali kemampuan berkaitan dengan tanggung jawab dan kecerdasan yang dimilikinya sebagai seorang siswa. Semua tenaga dan pikiran telah dikerahkan untuk mempersembahkan hasil terbaik bagi dirinya maupun orang tua.
Saat menerima hasil belajar buah hatinya, hendaknya orang tua benar-benar memperhatikan aspek kejiwaan putra-putrinya. Lihat prestasi yang menonjol dari hasil laporan pendidikannya. Beri apresiasi agar anak merasa bangga terhadap hasil upayanya. Selanjunya berilah motivasi dan bangkitkan minat untuk nilai yang belum mencapai optimal. Selain memperhatikan nilai pengetahuan dan keterampilan, orang tua perlu juga memperhatikan nilai sikap spiritual dan sikap sosial sang buah hati. Kerena dari hasil belajar inilah orang tua akan mengetahui perkembangan spiritual dan sosial mereka di lingkungan sekolah.
Akhirnya selamat menggali potensi kecerdasan buah hati, karena pada dasarnya buah hati kita memiliki kecerdasan yang luar biasa. (*)
*)Guru ASN UPTD SMP Negeri 13 Depok