ruang-publik

Agama dan Peluang Belajar Kreatif

Jumat, 30 Oktober 2020 | 10:36 WIB
  Oleh: K.H. A. Mahfudz Anwar Ketua MUI Kota Depok   AGAMA  itu memang dogma. Ajaran yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Semua berbasis keharusan. Artinya akal dan perbuatan manusia dituntut untuk tunduk pada ketentuan-ketentuan agama. Sehingga seakan manusia itu terkungkung oleh Agama yang dipeluknya. Padahal kalau diperhatikan lebih mendalam, justru agamalah yang membuat manusia itu bebas berfikir dan bebas berbuat. Sementara akal adalah sesuatu yang sangat terbatas. Sehingga orang yang berpijak pada akal semata, akan terpasung oleh akalnya sendiri. Akan dibatasi oleh kemampuan akalnya itu. Hal ini sangat berbeda dengan ketentuan agama yang sangat luas cakupannya. Karena agama memang diciptakan oleh Tuhan yang Maha luas. Maha luas Pengetahuannya (Ilmu) dan maha luas kemampuan (qudrah)-Nya. Ibarat samudra yang tak bertepi. Maka siapa saja yang menentukan hidupnya berbasis agama, ia akan memperoleh jalan yang sangat terbentang luas. Walladzina jaahadu fiena lanahdiyannahum subulana. (Q.S.Al-Ankabut.69.) “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” Untuk itu setiap manusia diharapkan selalu berpijak pada ajaran agamanya (Islam) agar terbuka peluang belajar yang kreatif dan Inovatif. Karena agamalah yang mengajarkan manusia untuk berpikir banyak jalan (subulana). Bukan satu jalan atau satu metode saja. Sehingga apapun yang dicita-citakan akan ia terima hasilnya. Baik hasil itu sesuai dengan harapan awalnya maupun tidak sesuai dengan harapannya. Karena ia sadar bahwa hasil apapun itu merupakan ketentuan Tuhannya yang telah mengukur kemampuan setiap orang akan kenikmatan yang diterimanya. Keadaan itu berbeda dengan orang yang pikirannya hanya berpijak pada akalnya saja. Jika ia bercita-cita kemudian tidak bisa tercapai sesuai dengan keinginannya, ia akan kecewa dan stress. Mengapa ia kecewa ? Karena akalnya tidak bisa menerima kenyataan yang dialaminya. Bila targetnya gagal, ia akan berkata, bahwa ia gagal. Yang berarti kerugian baginya. Karena ia selalu mengukur hasil dengan perhitungan logika semata. Berbeda dengan orang yang mendasari usahanya dengan agama, maka ia akan selalu puas (ridla) pada hasil yang diterimanya.   Dan seandainya ia gagal dalam suatu ikhtiar, maka ia akan segera mencari jalan alternatif lainnya. Karena tidak ada istilah jalan buntu bagi orang yang beriman. Ia yakin bahwa Tuhan memberi banyak jalan (alternatif) kepada setiap usaha manusia. Maka mendidik manusia, anak-anak, remaja maupun dewasa harus disesuaikan dengan fitrah religiusitasnya. Karena manusia pada dasarnya memiliki fitrah bawaan yang diberikan oleh Tuhan sejak lahir (maziyah). Dan inilah yang semestinya dipahami oleh setiap orang (Pendidik ataupun Orang tua) untuk mengarahkan manusia ke jalan yang luas. Tidak mengarahkan ke satu jalan saja. Maka sebenarnya pengertian Merdeka belajar itu adalah membebaskan anak atau manusia dari keterkungkungan teori-teori manusia yang belum tentu (tidak mutlak) benarnya. Agar manusia diberi kebebasan memilih jalan yang cocok dengan potensi yang ia miliki. Lalu bagaimana cara mengetahui potensi itu merupakan potensi fitrah  yang dimiliki ? Dengan mudah kita bisa mengatakan bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan dengan rasa suka cita, rasa senang gembira, maka di situlah sebenarnya potensi dasarnya. Tapi jika ia melakukan sesuatu disertai dengan rasa yang galau, tidak menyukai pekerjaan tersebut, maka sebenarnya itu belum tentu fitrahnya. Dan fitrah manusia itu pasti potensi baik (suci). Dengan kesucian fitrah dan kebeningan hati, maka ia akan bekerja dengan fokus, apapun yang ia kerjakan. Setiap etape perjalanannya dapat menjadi kebahagiaan bagi dirinya. Wallahu a'lam. (*)

Tags

Terkini

Membangun Komunikasi Inklusif Bagi Difabel

Kamis, 11 Desember 2025 | 19:43 WIB

Satu Negeri Dua Realitas

Jumat, 28 November 2025 | 08:55 WIB

Pahlawan Hari Ini

Senin, 10 November 2025 | 19:20 WIB

Menembus Pasar Internasional dengan Produk Daur Ulang

Selasa, 16 September 2025 | 19:56 WIB