FOTO: Drs. Supartono, MPd
Pengamat sepakbola nasional, Pengamat pendidikan nasional.
Oleh: Drs. Supartono, MPd*)
Kongres Tahunan Askot PSSI Kota Depok, Sabtu, 10 Februari 2018 di Gedung Olah Raga (GOR) KONI Kota Depok lancar. Selain dihadiri oleh para voter dari Klub-Klub Divisi Utama, Divisi I,dan Divisi II, stakeholder terkait, juga dihadiri oleh Pengurus Asprov Jabar, Ibu Inue Nur Illah AMd. (Ketua Sepakbola Wanita) dan Bapak Dicky Dompas (Manajer Pembinaan Usia Muda).
Tujuan Kongres adalah terfokus pada laporan pertanggungjawaban Ketua Umum tentang pogram-program di bawah kepengurusannya di periode tahun 2014-2018. Kongres yang dibuka oleh Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Depok Wijayanto, berjalan cukup lancar dan terkesan adem ayem. Dalam harapan dan pesannya, Wijayanto “terkesan” belum memahami mengapa perkembangan sepakbola Depok dari berbagai segi tertatih-tatih. Apa akar masalah dari segala keruwetan, mengapa sepakbola Depok di bawah kepengurusan organisasi resmi bernama Askot PSSI Depok, dari sebelumnya bernama Pengcab PSSI Depok, dari periode ke periode terus mengalami masalah?
Ketua Umum Lengser
Sementara Ketua Askot PSSI Kota Depok, Yuyun Wirasaputra setelah memaparkan laporan pertanggungjawabannya, pada akhirnya secara resmi meletakkan jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI Depok periode 2014-2018.
Yang menjadi pertanyaan pula, mengapa saat Ketua Umum menyatakan lengser sebelum waktu menjabat habis, ternyata Sang karataker, Wakil Ketua Pradi Supriatna yang kini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Depok, tidak hadir dalam kongres.
Sayang Yuyun Wirasaputra, yang sudah sangat kenyang asam garam persepakbolaan di Depok, harus mundur di tengah jalan. Yuyun memang melakukan hal yang tepat, mundur dari jabatan meski waktunya belum habis. Siapapun bila menjadi Yuyun, pasti akan melakukan pilihan yang sama, yaitu mundur. Untuk apa bertahan menjadi nakoda persepakbolaan di Kota Depok, bila dalam menjalankan roda organisasinya tidak mendapatkan dukungan dari stakeholder utama di kota ini.
Kepentingan politik
Pilihan mundur Yuyun, harus menjadi catatan penting, bagi siapapun yang coba-coba berani mencalonkan diri menjadi Ketua Umum Askot PSSI Kota Depok. Yuyun terengah-engah menjalankan Askot PSSI Depok, karena senantiasa dihimpit dan dibenturkan oleh berbagai kepentingan, utamanya politik.
Minusnya dukungan pemerintah, bila Askot PSSI Kota Depok diibaratkan sebagai sebuah bus, maka bus itu sudah ada, sudah ada supirnya, sudah ada penumpang yang duduk sesuai kursinya, sudah ada rutenya dan tujuannya, namun ternyata, bus itu tidak ada bahan bakarnya.
Percuma kan bus itu pada akhirnya hanya akan teronggok di garasi atau tepi jalan, lalu supir (ketua) hanya duduk dibelakang kemudi, sementara penumpang (pengurus) sudah duduk tertib di bangku. Namun, karena tidak ada bensin, bus tidak dapat dihidupkan, tidak dapat dijalankan, akhirnya supir dan penumpang kepanasan di dalam, dan pada keluar mencari tempat sejuk masing-masing. Saat kembali ke bus, bus tetap tidak dapat bergerak karena tetap tidak ada bensin.
Kepentingan politik, telah mengakibatkan Askot PSSI Depok yang seharusnya dapat sokongan bensin/dana, karena didukung oleh pemerintah, lalu pemerintah bekerjasama dengan pihak swasta bahu-membahu menghidupi Askot PSSI Kota Depok, pun dengan berbagai kerjasama yang saling menguntungkan secara sportif tanpa taktik dan intrik politik.
Perusahaan cukup banyak tersebar di Kota Depok, namun perusahaan mana saja yang sudah dapat menopang dan menyeponsori setiap program sepakbola Depok dalam berbagai event? Selama ini anggaran Askot PSSI Depok sekedar untuk keperluan rumah tangga kesekretariatan saja setengah mati. Berapa kue anggaran yang dibagi dari KONI Kota Depok? Siapa yang selama ini menalangi anggaran kesekretariatan, anggaran pembentukan tim dan lainnya? Bahkan anggaran untuk tim sepakbola Depok PORDA Jabar 2018 saja kembang kempis. Lolos ke babak final, namun hingga kini tim sepakbola PORDA saja nasibnya tidak jelas!
Tengok, di lapangan/Stadion mana tim sepakbola Depok untuk PORDA harus mempersiapkan diri dan berlatih hingga uji tanding? Bagaimana kondisi dan apa kabar Stadion Merpati dan Stadion Mahakam Depok Timur? Di mana lagi lapangan sepakbola untuk tim Kota Depok?
Bagaimana karateker menjalankan program-program sisa masa jabatan kepengurusan, lalu kira-kira siapa calon-calon yang berani melamar menjadi Ketua Askot PSSI Depok dalam Kongres Luar Biasa (KLB) yang akan digelar April 2018 mendatang?
Modal Calon Ketua?
Berbagai carut marut dan benang kusut yang kini melanda persepakbolaan Depok, hanya dapat diatasi dan diperbaharui bila Sang Ketua Umum Askot PSSI Kota Depok terpilih nanti adalah sosok yang dilegitimasi pemerintah kini, sosok yang memiliki modal akademis, mumpuni dalam bidang manajemen dan organisasi, memahami sepakbola Depok, nasional, dan dunia, serta memiliki dana pribadi untuk membantu anggaran organisasi sebelum program-program pencarian dana Askot digulirkan.
Bila calon yang nanti maju dan melamar adalah sosok yang tidak memiliki kriteria tersebut, lebih baik tahu diri dan malu diri. Dan yang selalu dikawatirkan adalah, selama kepengurusan Askot PSSI Kota Depok diselubungi oleh kepentingan politik atau direcoki oleh kepentingan politik maka, siapapun yang memiliki kriteria dan terpilih, akan digaransi, sepakbola Depok akan selalu jalan di tempat.
Raker dan Grand Design
Satu di antara masalah terbesar organisasi keolahragaan khususnya sepakbola, yang kemudian terpuruk dan jalan di tempat, meski pihak pemerintah telah melegitimasi dan mendukung, adalah persoalan memenej jalannya organisasi. Persolaan ini hampir dialami oleh seluruh Asprov, Askab, Askot, hingga PSSI pusat. Apa persoalannya?
Tidak pernah ada munculnya Grand Design dari organisasi baik program jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang. Ibarat bus, bila sudah ada supir (ketua) dan penumpang (pengurus), serta ada bensin untuk menempuh perjalanan, maka supir dan penumpang sama-sama memahami rute-rute yang akan dilalui dan tujuan akhir berhenti bus. Selama ini, bila Ketua Umum sudah terpilih, program-progaram yang menjadi Grand Design tidak pernah dirancang, maka tidak pernah ketemu rapat-rapat kerja (raker) tidak pernah tersusun anggaran yang dibutuhkan, tidak pernah ketemu bagaimana cara menjalankan, tidak pernah ketemu program yang tersusun, cilaka semua! Masa organisasi jalan dengan modal tiba saat tiba akal, tidak terprogram dan asal-asalan menyiapkan sesuai event. Inilah yang hingga kini melanda organisasi sepakbola nasional tidak terkecuali Askot PSSI Depok. Ayo siapa yang akan berani melamar menjadi calon Ketua Umum Askot PSSI Depok? Sudah punya modal apa saja? Lalu mau ke mana sepakbola Depok? (*)
*)Pengamat sepakbola nasional, Pengamat pendidikan nasional.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Kamis, 11 Desember 2025 | 19:43 WIB
Minggu, 30 November 2025 | 18:13 WIB
Jumat, 28 November 2025 | 11:52 WIB
Jumat, 28 November 2025 | 08:55 WIB
Senin, 10 November 2025 | 19:20 WIB
Senin, 10 November 2025 | 14:10 WIB
Jumat, 31 Oktober 2025 | 20:04 WIB
Rabu, 29 Oktober 2025 | 18:05 WIB
Selasa, 28 Oktober 2025 | 17:53 WIB
Senin, 27 Oktober 2025 | 13:06 WIB
Jumat, 24 Oktober 2025 | 13:50 WIB
Kamis, 23 Oktober 2025 | 11:48 WIB
Selasa, 21 Oktober 2025 | 17:05 WIB
Kamis, 16 Oktober 2025 | 17:36 WIB
Rabu, 15 Oktober 2025 | 22:52 WIB
Rabu, 15 Oktober 2025 | 22:29 WIB
Senin, 6 Oktober 2025 | 19:20 WIB
Jumat, 26 September 2025 | 16:36 WIB
Selasa, 16 September 2025 | 19:56 WIB
Senin, 15 September 2025 | 21:59 WIB