Minggu, 21 Desember 2025

Kalau Tak Bisa Ronda, Bikin Portal

- Jumat, 8 Februari 2019 | 11:03 WIB
HARIYANTO/JAWA POS RADAR SEMARANG
PATROLI: Kapolda Jawa Tengah Irjen Condro Kirono saat patroli ancaman teror bakar kendaraan. Insert:  Jumat (1/2), Daihatsu Sigra hitam H 8672 FG di Tegalsari, Candisari, Semarang, juga menjadi korban. Mengikuti Patroli dan Operasi Senyap Antisipasi Teror Bakar Kendaraan  Di Semarang yang diguncang teror, polisi menggelar patroli gabungan, pemeriksaan di jalan-jalan protokol, hingga operasi senyap belasan polsek. Jika sulit siskamling, pengurus kampung diminta bikin one gate system.   Laporan: AGAS PUTRA HARTANTO   RINTIK hujan membasahi halaman Mapolrestabes Semarang, Jawa Tengah, Rabu dini hari kemarin (6/2). Meski begitu, 728 personel gabungan kepolisian tetap berdiri tegap di posisi masing-masing. Mereka mendengarkan dengan saksama pengarahan dari Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Condro Kirono yang memimpin langsung apel operasi antisipasi teror pembakaran kendaraan itu. "Sasaran operasi adalah pengendara kendaraan roda dua. Kita hentikan, periksa dengan cara yang santun," ucapya. Teknis pelaksanaan operasi disesuaikan dengan tugas kesatuan maupun arahan setiap Kapolsek sesuai wilayah masing-masing. Satlantas menggelar pemeriksaan statis di beberapa jalan protokol ibu kota Jawa Tengah. Satreskrim dengan Tim Elang melaksanakan operasi mobile, sedangkan personel dari 16 polsek lain memilih melakukan operasi senyap berpakaian preman. Operasi digelar sebagai bentuk upaya pencegahan sekaligus memetakan kembali pola dan daerah rawan untuk menunjang pengungkapan serta penangkapan pelaku. Sebab, rangkaian 17 aksi yang sudah terjadi seluruhnya minim saksi. Bahkan, polisi hanya mengantongi rekaman CCTV (closed circuit television) dari dua TKP di Jalan Gaharu Utara Dalam VI, Banyumanik, dan Menoreh Timur II, Gajahmungkur. Itu pun dengan kualitas gambar beresolusi rendah. Condro turun langsung meninjau sejumlah pos keamanan lingkungan (poskamling) di kawasan Semarang Barat. Salah satunya di RW12, Kelurahan Gisikdrono. "Saya mengupayakan semaksimal mungkin penjagaan ke seluruh RT untuk digalakkan. Warga bergerak semua, jangan sampai takut. Kami siap menghadapi," ujar Yamin, ketua RW12, kepada Condro dan rombongan. Ngobrol bareng kapolda itu berlangsung dalam suasana begitu cair. Warga tidak sungkan bercerita apa adanya. Sambil minum kopi di sebuah warkop RW12. Kapolda semringah begitu tahu warga aktif, rukun, dan guyub. Suasana pun gayeng. Menurut Condro, maraknya teror justru menjadi momentum bangkitnya kesadaran masyarakat untuk menciptakan kondisi aman di lingkungan masing-masing. Tidak mungkin setiap jengkal di Kota Semarang bisa diawasi petugas. Bantuan masyarakat sangat dibutuhkan. Jika siskamling sulit dilakukan rutin, setidaknya warga mengatur akses keluar masuk kampung dengan one gate system di atas pukul 24.00. Tujuannya, mudah mengawasi. Jika ada anggaran, sebaiknya memasang CCTV di sudut-sudut kampung. "Manakala masyarakat menemukan orang mencurigakan, bisa segera mengamankannya dan melapor ke petugas," terang Condro. Pukul 01.30, Jawa Pos bergeser ke Mapolsek Ngaliyan untuk mengikuti operasi senyap blusukan ke kampung-kampung. Sekitar 50 personel diterjunkan ke 10 kelurahan di Kecamatan Ngaliyan. Berdasar data analisis dan evaluasi Polrestabes Semarang, Ngaliyan menjadi daerah paling rawan teror dengan jumlah lima kejadian. Kawasan tersebut merupakan kawasan padat penduduk. Namun, fasilitas penerangan di beberapa kelurahan masih terbilang kurang. Yakni, Kelurahan Beringin dan Tambak Aji. Tak ayal, saat malam, kawasan tersebut sepi. Potensi terjadinya tindak kriminalitas pun tinggi. Bersama Kapolsek Ngaliyan AKP Samsu Wirman, tim menyisir kawasan Candi Raya, Srikaton, hingga Purwoyoso. Perkampungan tersebut berpotensi menjadi sasaran teror selanjutnya. Sebab, banyak akses untuk menuju tiga kawasan tersebut. Bisa melalui Jalan Prof Hamka, Jalan Kawasan Industri Candi, dan Jalan Gatot Subroto. Beberapa RT juga tidak memiliki portal. Siskamling juga tidak berjalan dengan baik. Padahal, situasi saat itu terbilang sangat sunyi. Bahkan, ada beberapa yang tidak memiliki pintu pagar. "Saya sudah beberapa kali rapat dan berkoordinasi dengan Pak Lurah, RW, dan RT. Jika memang tidak bisa ronda, tolong dibuat portal agar satu jalur saja untuk masuk ke perkampungan," ucap Samsu. Sementara itu, saat melakukan penyisiran, beberapa motor yang melintas diminta berhenti. Diperiksa fisik, pakaian yang melekat, dan barang bawaan terutama yang di dalam jok. Sementara itu, di Perumahan Beringin Asri III, ronda menjadi kegiatan wajib bagi warga. "Kalau nggak datang, kena denda Rp5 ribu," ucap Abdul Wahid, salah seorang warga. Namun, memang ronda hanya berlangsung hingga pukul 01.00. Sebab, mayoritas penghuni merupakan lanjut usia. Untuk mengantisipasi setelah pukul 01.00 hingga menjelang subuh, setiap gang ditutup dengan portal. Meski sudah dinilai cukup aman, nyatanya masih juga terkena teror pembakaran motor. Sebuah sepeda motor milik Alexander Gumilang hangus. Akses menuju rumah dia memang tidak diportal lantaran berada di tepi jalan utama perumahan. Menurut Wahid, Gumilang merupakan warga baru yang baru tinggal 8 bulan. Tak ayal, kejadian tersebut tentu menjadi evaluasi keamanan di daerahnya. "Mungkin akan diusulkan memakai CCTV di rapat arisan bulanan pekan depan," katanya.   (*/ttg)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Membangun Komunikasi Inklusif Bagi Difabel

Kamis, 11 Desember 2025 | 19:43 WIB

Satu Negeri Dua Realitas

Jumat, 28 November 2025 | 08:55 WIB

Pahlawan Hari Ini

Senin, 10 November 2025 | 19:20 WIB

Menembus Pasar Internasional dengan Produk Daur Ulang

Selasa, 16 September 2025 | 19:56 WIB
X