Oleh: Ustad Imam Nafi
Wakil Sekretaris PCNU Depok
ABDURRAHMAN Wahid atau biasa disapa Gus Dur adalah sosok yang bisa dilihat dari beberapa dimensi. Beliau bisa dilihat sebagai Kiai atau Ulama karena beliau ‘alim (paham agama) dan pernah belajar di beberapa pesantren dan perguruan tinggi Islam dalam maupun luar negeri.
Beliau juga seorang Gus atau anak Kiai, karena secara “trah” beliau adalah cucu dari KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama’ dan pendiri Negeri ini. Memang secara sanad (mata rantai keilmuan) dan keturunan orang besar tidak diragukan lagi. Tidak heran kalau beliau adalah orang besar aset Negara ini.
Banyak dimensi yang dapat dipelajari dan diteladani dari sosok KH Abdurrahman Wahid. Salah satunya adalah kezuhudannya dalam menjalani kehidupan. Sementara Gus Dur pernah mencapai puncak kekuasaan dinegeri ini, yang tentunya banyak godaan materi disekilingnya.
Meski pernah menjabat sebagai presiden dan ketua umum organisasi masyarakat Islam terbesar di dunia, Gus Dur masih meminjam uang kepada putri beliau. Setengah tahun sebelum wafat, masih meminjam uang kepada putrinya karena tidak punya uang. Padahal, Gus Dur berbicara di mana-mana, menulis di berbagai media. Akan tetapi, ia tidak memiliki uang.
Pernah menurut salah satu cerita, putrinya yang bernama Mbak Alissa Wahid beberapa kali pernah meminta kepada Gus Dur untuk dibelikan ini dan itu tidak dituruti. Sempat ia menyampaikan kepada ayahnya bahwa di sebuah laci terdapat uang. Namun, Gus Dur menjawab bahwa itu uang rakyat.
“Itu uang titipan untuk rakyat, bukan uang kita,” katanya menirukan jawaban Gus Dur. Itulah pelajaran penting bagi kita bagaimana seorang Gus Dur mengajarkan zuhud kepada keluarganya.
Gus Dur juga tidak pernah mempersoalkan pakaian yang dikenakannya. Ketika kerah baju panjang batiknya rusak, misalnya kata Alissa, lengan bajunya digunting untuk menambal kerah tersebut. “Kalau kerahnya sudah rusak, dipotong lengennya ditaroh di kerahnya,” katanya.
“Sementara kita hari ini, lanjutnya, baru punya jabatan sedikit saja sudah memikirkan mana baju yang pantas untuk jabatan yang diembannya. Kita baru punya jabatan sedikit saja sudah mikir baju pantas gak buat jabatan kita,” ujar Mbak Lissa.
Ia menegaskan bahwa jabatan merupakan jalan atau perantara saja untuk mewujudkan kemaslahatan umat. “Banyak yang sudah memiliki jabatan lupa itu amanah wasilah untuk kemaslahatan umat,” katanya.
Di samping itu, Gus Dur juga sabar dalam menerima kekalahan dan kegagalan hidup. Sebab, banyak orang yang mengalami kegagalan dan tidak menjadikan kegagalan itu sebagai batu sandungan. “Kegagalan apa yang lebih besar dari didongkel, dituduh korupsi walau tidak terbukti,” ucapnya. Gus Dur tidak berkoar-koar soal itu. Ia, jelas Alissa.
Mengakui bahwa semua hal tersebut merupakan permainan politik. Baginya, ada cara lain untuk berjuang mewujudkan kemaslahatan umat sehingga tidak surut langkahnya pada saat berhadapan dengan batu sandungan. Karenanya, Gus Dur selalu istiqomah melihat hidup hanya sebagai saluran berkah untuk orang-orang di sekitar.
Sebab, sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Ungkapan demikian bagi Gus Dur bukan sekadar jargon melainkan sebagai tugas mewujudkan Islam rahmatan lil alamin yang sudah tidak bisa ditawar. Hal lain yang kerap kali Gus Dur lakukan adalah melontarkan humor dengan menertawakan dirinya sendiri dan tidak pernah untuk merendahkan orang lain. Alissa menjelaskan bahwa hal tersebut dapat melatih rendah hati. “Menertawakan diri sendiri membantu mengingatkan diri kita untuk tetap rendah hati,” pungkasnya.
Al Fatihah buat Guru Bangsa. (*)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Kamis, 11 Desember 2025 | 19:43 WIB
Minggu, 30 November 2025 | 18:13 WIB
Jumat, 28 November 2025 | 11:52 WIB
Jumat, 28 November 2025 | 08:55 WIB
Senin, 10 November 2025 | 19:20 WIB
Senin, 10 November 2025 | 14:10 WIB
Jumat, 31 Oktober 2025 | 20:04 WIB
Rabu, 29 Oktober 2025 | 18:05 WIB
Selasa, 28 Oktober 2025 | 17:53 WIB
Senin, 27 Oktober 2025 | 13:06 WIB
Jumat, 24 Oktober 2025 | 13:50 WIB
Kamis, 23 Oktober 2025 | 11:48 WIB
Selasa, 21 Oktober 2025 | 17:05 WIB
Kamis, 16 Oktober 2025 | 17:36 WIB
Rabu, 15 Oktober 2025 | 22:52 WIB
Rabu, 15 Oktober 2025 | 22:29 WIB
Senin, 6 Oktober 2025 | 19:20 WIB
Jumat, 26 September 2025 | 16:36 WIB
Selasa, 16 September 2025 | 19:56 WIB
Senin, 15 September 2025 | 21:59 WIB