Oleh: K.H. A. Mahfudz Anwar
Ketua MUI Kota Depok
SEBAGAI orang yang beriman tentunya percaya dengan yakin bahwa segala tingkah lakunya di dunia ini akan berdampak panjang. Selain dampak di dunia akan berbalas kebaikan/untung ataupun berbalas keburukan/rugi. Juga akan berdampak di alam keabadian.
Yaitu dimasukkan ke dalam surga jannatun na’im. Dan mereka akan dikelompokkan bersama-sama dengan orang yang beruntung, yaitu Para kekasih Allah SWT, para Rasul, para Nabi, dan para orang salih. Pertimbangan itu akan berdampak pada proses aktifitas keseharian. Sehingga orang beriman akan selalu bekerja dengasn kehati-hatian.
Karakter orang yang beriman sangat dipengaruhi oleh gen orang tuanya. Sekalipun tidak seratus persen. Maka dari itu Islam menempatkan dzurriyah (anak cucu) sebagai sesuatu yang penting di dalam hidup ini. Bahkan termasuk salah satu hak asasi setiap manusia untuk mengatur dzurriyah ini agar mempunyai anak cucu yang shalih dan shalihah.
Pemilihan bibit unggul –sebagai calon suami atau calon istri- menjadi salah satu syarat penting dalam hidup berjodoh. Islam tidak membiarkan orang mukmin untuk berjodoh dengan pasangan yang tidak baik. Orang beriman diberi rambu-rambu dalam memilih jodohnya, demi keselamatan hidupnya.
Maka dari itu kondisi seperti itu telah ditanamkan dalam hidup ummat Islam. Selain diperintahkan untuk melindungi anak cucunya, juga agar mampu meneruskan kesalehan dirinya kepada anak-anak yang mereka lahirkan. Jangan sampai kebaikan itu hanya dimiliki oleh orang tuanya saja, tanpa diwariskan kepada anak cucunya. Sehingga kewajiban mewariskan kebaikan sangat penting dari pada sekedar mewariskan harta benda yang belum tentu manfaat bagi dirinya. Dan problem masyarakat muslim dewasa ini adalah banyaknya keluarga yang tidak mampu mewariskan kebaikan itu kepada anak-anak mereka. Pada hal jelas hal ini bagian dari perintah Tuhannya.
Untuk menjaga keberlangsungan iman kita, maka Allah SWT. telah membuat rambu-rambu yang harus dipatuhi. Ada rambu bebas hambatan- artinya boleh jalan terus, ada rambu larangan, dan ada pula rambu yang boleh dikerjakan namun tetap dalam kewaspadaan. Karena Iman tidak berarti bebas dari gangguan. Banyak sekali gangguan iman seseorang. Salah satunya gangguan itu adalah sifat atau sikap kufur. Sikap penentangan terhadap Tuhan. Bahkan ada yang bersifat permanen dan ada yang mudah dihilangkan. Kufur permanen adalah pernyataan seseorang tentang anti Tuhan.
Bahkan Allah SWT menyatakan mereka ini sekalipun mendapat dakwah yang luar biasa, tapi tetap saja dalam kekufuran. Karena hatinya telah dikunci oleh Alah SWT. Tapi kufur yang tidak permanen, jika mendengarkan dakwah yang benar, segera ia tersadar dan bertaubat.
Di sinilah peran dakwah –amar ma’ruf dan nahi munkar- dalam menyadarkan umat islam, agar senantiasa terjaga imannya dari sikap kufur tersebut. Salah satunya adalah kufur dengan melecehkan hukum-hukum Allah SWT. Misalnya saja dengan mudahnya melanggar aturan Syari’at. Meninggalkan ibadah shalat dan zakat. Betapa banyak manusia yang hidup di sekitar kita hari ini, mereka mengaku sebagai muslim, tapi mereka tidak tergerak untuk memperbaiki ibadah shalat fardlunya.
Keberanian melanggar perintah shalat adalah salah satu bentuk pengingkaran yang mudah diditeksi. Dan mengingatkan mereka menjadi lahan amal bagi setiap orang yang mau mengingatkan atau mengajarkannya. Profesi boleh duniawi, misalnya mengurus bangunan infra struktur gedung dan sejenisnya, tapi amaliyahnya bersifat ukhrawi.
Dan untuk memahami rambu-rambu dalam Iman tiada jalan lain kecuali memahami isi Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an sebagai panduan bagi kehidupan setiap muslim. Untuk itulah pentingnya menggalakkan pengenalan Al-Qur’an terhadap masyarakat secara keseluruhan. Agar masyarakat mencintai Al-Qur’an, setelah mencintai, kemudian mengamalkan isinya.
Maka pendidikan tentang al-Qur’an hendaknya menjadi dasar dari Ilmu segala Ilmu. Sebelum mengenal matematika, biologi dan lain-lain, terlebih dulu dikenalkan dengan bacaan Al-Qur’an. Karena kalimat Al-Qur’an adalah kalimat yang mulia. Siapa yang mempelajari kemuliaan, maka iapun akan menjadi mulia. Wa kalimatullahi hiyal ulya. Sekian. Wallahu a’lam. (*)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Kamis, 11 Desember 2025 | 19:43 WIB
Minggu, 30 November 2025 | 18:13 WIB
Jumat, 28 November 2025 | 11:52 WIB
Jumat, 28 November 2025 | 08:55 WIB
Senin, 10 November 2025 | 19:20 WIB
Senin, 10 November 2025 | 14:10 WIB
Jumat, 31 Oktober 2025 | 20:04 WIB
Rabu, 29 Oktober 2025 | 18:05 WIB
Selasa, 28 Oktober 2025 | 17:53 WIB
Senin, 27 Oktober 2025 | 13:06 WIB
Jumat, 24 Oktober 2025 | 13:50 WIB
Kamis, 23 Oktober 2025 | 11:48 WIB
Selasa, 21 Oktober 2025 | 17:05 WIB
Kamis, 16 Oktober 2025 | 17:36 WIB
Rabu, 15 Oktober 2025 | 22:52 WIB
Rabu, 15 Oktober 2025 | 22:29 WIB
Senin, 6 Oktober 2025 | 19:20 WIB
Jumat, 26 September 2025 | 16:36 WIB
Selasa, 16 September 2025 | 19:56 WIB
Senin, 15 September 2025 | 21:59 WIB