Senin, 22 Desember 2025

Menyelesaikan Pergolakan Nurani dalam Diri Manusia

- Jumat, 9 Oktober 2020 | 11:02 WIB
  Oleh: K.H. A. Mahfudz Anwar Ketua MUI Kota Depok   KEBAIKAN manusia hanya bisa dilihat dari perbuatan lahiriyahnya saja. Apa yang diucapkan oleh lisan dan apa yang diperbuat oleh seseorang menjadi indikator kebaikan seseorang. Walaupun tidak sedikit antara ucapan dan isi hatinya tidak singkron. Karena adanya ketertutupan isi hati yang paling kecil atau nurani manusia yang ada di dalam dada setiap orang. Isi hati yang terpendam amat dalam inilah yang sulit untuk diditeksi. Namun karena hati sebagai pusat energy yang mampu mentransfernya ke seluruh organ manusia, maka bisa dilihat unsur-unsur dinamika hidupnya bisa dijadikan sebagai dasar penilaian. Untuk itu Islam mengajarkan kepada manusia agar selalu dapat merawat generator (Qalbu=hati) yang ada di dalam diri manusia itu. Karena memang adanya hati itu selalu berubah-ubah tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya. Baik faktor internal maupun faktor eksternal. Ketika seseorang merespon sesuatu yang datang dari luar -misalnya, sering langsung menanggapinya sebagai pengaruh yang harus dijalani. Seperti ketika seseorang mendapat cercaan atau cibiran dari orang lain, secara sepontan melawan dan ingin mengalahkannya. Bahkan ingin menumpas cercaan tersebut dengan cercaan yang lebih keras. Begitu juga jika seseorang mendapat pujian baik dari orang lain, maka segera saja meresponnya dengan ucapan atau sikap yang baik atau bahkan lebih baik dari pujian yang datang kepadanya. Dan inilah salah satu sebab mengapa dalam diri manusia itu selalu ada pergolakan yang saling berbenturan. Yaitu antara nafsu baik dan nafsu buruk. Dan selama manusia itu masih hidup di muka bumi ini, isi hati ini tidak akan mau bersatu antara dua kepentingan tersebut. Dan inilah yang menjadikan hati manusia itu selalu labil. Tidak pernah ada hati yang stabil. Selalu berubah dari waktu ke waktu. Sekarang menangis, tak lama kemudian tersenyum. Sekarang tertawa terbahak-bahak senang, tidak lama kemudian menjadi sedih dan cemberut. Demikianlah yang dikatakan al-Imanu yazidu wa yanqushu ; Iman itu bisa bertambah, dan juga bisa berkurang. Kondisi yang tidak stabil inilah yang justru menjadi lahan amal, lahan perjuangan bagi seorang muslim. Untuk selalu berjuang melawan kepentingan nafsu angkara murka tadi. Dan jika menang, maka energy positiflah yang terdistribusi ke semua organ tubuh kita. Tapi sebaliknya jika nafsu buruk yang menang, maka energy negatif yang menguasai semua gerak-gerik organ tubuh itu. Dan bisa jadi berbuat hal-hal yang destruktif.   Dan Rasulullah saw pun sekembalinya dari medan perang, telah mewanti-wanti kepada para Pasukan Perang Badar dengan ungkapan yang terkenal di kalangan ummat Islam: “Rojana min jihadil ashghar ilaa jihadil akbar, Kita baru saja pulang dari perang kecil, menuju perang yang lebih besar.” Apa itu ? Jihaadun nafsi”, jawab Nabi saw. yaitu jihad melawan hawa nafsunya sendiri. Kalau perang Badar, musuhnya terlihat jelas, tapi kalau jihad melawan hawa nafsu, musuhnya tidak kelihatan. Tapi bisa dirasakan. Dan itu berlaku sampai sekarang. Kita setiap hari perang melawan kekejaman Penjajah yang bernama nafsu syaithaniyah. Pertanyaannya, mampukah kita mengalahkannya ? Tentunya sangat mampu, manakala kita selalu berjalan dengan bimbingan Allah SWT. Yaitu dengan kesadaran kita bahwa Allah SWT selalu membimbing dan mengawasi perjalanan hidup kita. Ke mana arah mata angin yang kita tuju, maka di situlah Allah SWT menancapkan pagarnya buat melindungi hamba-Nya yang menyerahkan dirinya (tawakkal) kepada Tuhan yang Maha Melindungi. Jadi intinya kita tidak usah takut menghadapi godaan-godaan yang datang dari berbagai arah, asal kita masih berjalan di atas sunnatullah dan sunnah Rasulullah. Bergaullah dengan siapapun asal pergaulan itu membawa dampak kebeningan hati. Dan itu ada pada pergaulan kaum shalihien (wa kaana khulathauhu shalihina : dan pergaulannya adalah orang-orang shalih) begitulah petunjuk dari Nabi kita. Sekian. Wallahu a'lam. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Membangun Komunikasi Inklusif Bagi Difabel

Kamis, 11 Desember 2025 | 19:43 WIB

Satu Negeri Dua Realitas

Jumat, 28 November 2025 | 08:55 WIB

Pahlawan Hari Ini

Senin, 10 November 2025 | 19:20 WIB

Menembus Pasar Internasional dengan Produk Daur Ulang

Selasa, 16 September 2025 | 19:56 WIB
X