Senin, 22 Desember 2025

Membangun Kesadaran Beragama

- Jumat, 20 November 2020 | 11:00 WIB
  Oleh: K.H. A. Mahfudz Anwar Ketua MUI Kota Depok   AGAMA Islam merupakan tuntunan hidup yang menyelamatkan. Karena agama mengatur pola hidup manusia. Dan agama mampu menghadapi berbagai persoalan hidup. Hingga menjadi solusi dari persoalan tersebut. Maka manusia beragama lebih mudah menghadapi dan menjalani hidup di dunia ini. Agama tidak terikat oleh dimensi ruang dan waktu. Dimana saja seseorang hidup (baik di kota maupun di pedesaan, di tempat ramai maupun di tempat sepi) asal menjalani dengan basic agama, maka ia akan mudah memperoleh kedamaian. Berkenaan dengan waktu juga demikian. Kapan saja ia hidup (baik di zaman dahulu maupun di zaman modern sekarang ini) asal tetap istiqamah berpegang pada agamanya, maka ia akan menjalani hidupnya dengan rasa bahagia. Allah SWT telah menjelaskan bahwa kata kunci kesuksesan hidup adalah istiqamah dalam beragama. (Q.S.Fushshilat : 30). “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Jadi jelaslah bahwa orang yang menjalani agamanya dengan konsekwen dan istiqamah hingga akhir hayatnya, ia tidak mendapati kesulitan. Karena Allah SWT. telah menjelaskan bahwa ia tidak akan takut atau kehawatiran sedikit pun. Dan juga tidak sedih ataupun galau sekalipun menghadapi kematian. Kenapa ia tidak takut dan tidak juga sedih, karena ia sadar bahwa ia mendapat jaminan perlindungan dari Allah SWT. Bahkan ia sadar bahwa sebentar lagi memperoleh segala kenikmatan yang disediakan di dalam surga-Nya. Dan kesadaran itu dibawa terus sejak ia dinyatakan muslim hingga berakhir masa hidupnya di dunia ini. Maka dengan kesadaran beragama (Islam) itulah ia menjalani hidup dengan penuh kegembiraan, karena ia sadar di bawah naungan Allah SWT. Misalnya, melaksanakan shalat dijalaninya dengan senang hati, menjalani ibadah puasa ia jalani dengan semangat, bersedekah dengan harta yang ia milikinya dengan rasa bahagia karena ia bisa berbagi. Dan begitu seterusnya setiap ia melangkah dalam kebaikan ia sadar bahwa langkahnya selalu dibimbing Tuhannya (Allah SWT). Maka menurut Islam, bahwa kesadaran dalam diri itu sangat penting artinya bagi kehidupan setiap manusia. Karena kesadaran hati itu pasti objektif.   Dan pandangan Islam ini sangat berbeda dengan pandangan para Psikolog yang berpaham Barat/sekuler. Seperti tokoh Psikologi yang sekarang banyak dianut oleh para psikolog modern adalah John Broades Watson (1878-1958). Di mana Watson tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya dapat diteliti melalui metode introspeksi. Dan metode introspeksi dianggap oleh Watson tidak objektif. Karena itu dinilai sebagai sesuatu yang tidak ilmiah. Di sinilah letak perbedaan antara Agama (Islam) dengan psikologi Barat yang tidak terkait dengan nilai agama (religious). Padahal Islam sangat menganjurkan muhasabah atau introspeksi. Karena introspeksi itu justru diperoleh penilaian objektif dan seobjektif mungkin. Karena introspeksi itu datangnya dari hati yang paling dalam atau hati nurani. Maka ketika ada keraguan dalam suatu masalah, diperintahkan agar bertanya pada hati sendiri, “Istafti qalbaka; Bertanyalah pada hatimu sendiri. Juga terdapat perintah haasibu anfusakum qabla an tuhaasabu, koreksilah dirimu sendiri, sebelum dikoreksi oleh orang lain. Dengan adanya perbedaan pandangan yang sangat signifikan inilah, maka penyelesaian permasalahan hidup lebih mudah dengan dasar-dasar agama. Yaitu melalui ayat-ayat Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Dan konsep itu sudah sedemikian lengkapnya dalam ajaran Islam. Dan itulah yang sekarang lagi gencar-gencarnya dikembangkan SQ (Spiritual Quotient), yaitu kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan diri secara utuh. Dan itu terdapat pada kekuatan internalisasi ajaran agama (islam). Maka jika kita ingin menjadikan manusia unggul, tidak bisa tidak, kecuali dengan membangun kesadaran beragama. Karena dengan kesadaran beragama itulah manusia akan mendapat kekuatan dari dalam diri sendiri. Sehingga mampu menghadapi hidup dengan penuh percaya diri. Wallahu a'lam. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Membangun Komunikasi Inklusif Bagi Difabel

Kamis, 11 Desember 2025 | 19:43 WIB

Satu Negeri Dua Realitas

Jumat, 28 November 2025 | 08:55 WIB

Pahlawan Hari Ini

Senin, 10 November 2025 | 19:20 WIB

Menembus Pasar Internasional dengan Produk Daur Ulang

Selasa, 16 September 2025 | 19:56 WIB
X