Oleh : Marieta Putri Adianti
Mahasiswa Magister Psikologi
Universitas Negeri Yogyakarta
TANPA disadari atau tidak, kita adalah bagian dari jaringan sosial telah terbentuk sejak kita kecil secara otomatis. Keluarga, teman bermain, teman sekolah, rekan kerja, kelompok diskusi, tetangga bahkan sampai dengan menjadi penduduk di suatu negara adalah bukti bahwa kita tidak bisa lepas dari jaringan sosial. Jaringan sosial yang terbentuk, membawa kita menjadi anggota dari suatu komunitas. Nah, di dalam komunitas itu sendiri pasti terdapat latar belakang individu yang memiliki perbedaan dalam hal perspektif, ideologi, karakter atau kebiasaan bahkan cara menyelesaikan suatu konflik. Perbedaan-perbedaan ini tentunya akan menjadi gesekan sehingga memicu terjadinya konflik antar anggota komunitas.
Berstein (1965) berpendapat bahwa “konflik adalah suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif saat melakukan interaksi dengan orang lain”
Dari pendapat dapat kita ketahui bahwa konflik akan selalu menghiasi kehidupan kita di dalam hidup berkomunitas. Akan tetapi, tau kah kamu bahwa ternyata konflik juga ternyata memiliki pengaruh yang positif ? Nah, konflik yang memiliki pengaruh positif ini adalah jenis konflik Konstruktif. Konflik ini, dapat merekatkan hubungan antar individu, meningkatkan rasa pengertian antar anggota dan mencapai tujuan komunitas. Kebalikan dari jenis konflik Konstruktif, dikenal dengan jenis konflik Destruktif. Konflik ini dapat memicu permusuhan, menimbulkan rasa dendam antar anggota komunitas dan bahkan dapat merusak suatu komunitas tersebut.
Lalu bagaimana kita mengatasinya agar tidak tercipta konflik yang akan merusak komunitas kita ? berikut ada beberapa cara yang dapat kita lakukan:
- Menghargai perbedaan
Point pertama ini penting banget kalau kita ingin menjaga keutuhan komunitas. kita harus ingat, manusia adalah makhluk yang unik dan berbeda-beda satu sama lain loh! Dalam bidang Psikologi, konsep ini dikenal dengan “Individual differences” atau yang biasa disebut juga sebagai perbedaan individu / hal-hal membedakan diri kita dengan orang lain. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor bawaan (nurture) dan faktor lingkungan (nature). Kedua faktor ini akan menghasilkan perbedaan individu dalam hal karakter, pola pikir dan tingkah laku. Jadi yuk, mari kita belajar menghargai perbedaan!
2. Belajar Assertive
Di dalam komunitas, tentunya kita akan menemui individu dengan tipe Intovert dan Ekstrovert. Tipikal individu yang memiliki sifat introvert ini akan lebih sulit untuk mengungkapkan apa yang sedang dirasakan ke orang lain dibanding tipe Ekstrovert. Hal ini juga telah diteliti oleh seorang Psikolog asal Swiss yang bernama Jung. Jung berpendapat bahwa individu yang memiliki sifat introvert cenderung memilih untuk memendam permasalahan yang dimiliki. Lain halnya dengan Tipe ekstrovert menurut Schultz (1994) dimana individu dengan tipe Ekstrovert lebih ekspresif dalam menunjukkan emosi yang dialaminya, impulsiveness dan cenderung bertindak spontan tanpa memikirkan terlebih dahulu. Kedua kepribadian ini memiliki cara mengekspresikan emosi yang berbeda dan jika tidak dilakukan secara tepat akan merusak keutuhan komunitas. Tapi, hal ini dapat kita cegah dengan belajar assertive. Perilaku assertive merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion yang artinya titik tengah antara perilaku non-asertif dan perilaku agresif. Jadi, assertive merupakan suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan atau mengekspresikan apa yang kita inginkan, rasakan dan pikirkan kepada orang lain secara jujur dengan tetap menjaga dan menghargai hak dan perasaan orang lain. Nah, penting banget kan assertive ini dalam menjaga keutuhan komunitas kita ?
3. Open – minded
Ketika berada dalam suatu komunitas, penting banget untuk kita memiliki sifat untuk open - minded. open - minded artinya adalah berfikiran terbuka terhadap setiap pendapat, informasi dan melihat suatu hal atau masalah dari berbagai sudut pandang. Memiliki sikap yang open-minded juga memiliki beberapa manfaat seperti tidak mudah menyimpulkan sesuatu, tidak mudah berprasangka buruk, tidak melakukan judging kepada orang lain, mampu menilai masalah dari banyak sisi dan jadi pribadi yang lebih baik karena mempertimbangkan pendapat dari orang lain. Namun, jika Individu tidak memiliki sikap open-minded, ia cenderung akan merasa benar dengan apa yang diyakini dan bersikeras mempertahankan argumen nya masing-masing sehingga individu lain akan merasa tidak dihargai. Hal ini akan tentunya akan memicu konflik karena tidak terciptanya harmoni dan keseimbangan dalam komunitas.
Nah, yuk mari kita coba cara-cara diatas untuk menjaga keutuhan komunitas kita!
https://www.youtube.com/watch?v=K2lWyuguxI0