Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-Alaq 1- 5.)
RADARDEPOK.COM, Hari ini tepat di hari ke 17 Umat Islam menjalankan Ibadah Puasa bertepatan dengan peristiwa dan sejarah turunnya Al Qur'an itu, kini diperingati sebagai malam Nuzulul Qur'an. Suatu malam dimana sejarah peradaban manusia berjalan dalam bimbingan sang khalik (Allah SWT).
Nuzulul Qur’an terdiri dari kata Nuzul dan Al Qur’an yang berbentuk idafah. Penggunaan kata nuzul dalam istilah Nuzulul Qur’an (turunnya Al-Quran) tidaklah dapat kita pahami maknanya secara harfiah, yaitu menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, sebab Al-Qur'an tidaklah berbentuk fisik atau materi.
Tetapi pengertian Nuzulul Qur’an yang dimaksud adalah pengertian majazi, yaitu penyampaian informasi (wahyu) kepada Nabi Muhammad SAW dari alam gaib ke alam nyata melalui perantara Malakikat Jibril AS.
Peristiwa turunnya Al-Qur’an yang dimulai dengan kalimat Iqro’ oleh sebagian ulama diartikan bukan hanya membaca teks yang tersurat tetapi juga keadaan alam semesta, sebagaimana kita ketahui bahwa Allah SWT telah menurunkan dua hal (ayat) sebagai pertanda, kata ayat dalam Bahasa Arab adalah tanda atau keajaiban).
Dua keajaiban ini terdiri dari ayat-ayat Qauniyyah (Alam Semesta) dan ayat-ayat Qauliyyah (Al-qur’an) yang keduanya saling melengkapi, ayat-ayat Qauliyyah (Al-Qur’an) berfungsi untuk menjelaskan keadaan alam semesta, itulah yang kemudian berkembang menjadi suatu ilmu pengetahuan, begitu pula ayat-ayat Qauniyah proses alamiah yang banyak menciptakan keajaiban dan banyak diteliti oleh para ahli yang kemudian menjadi sebuah ilmu pengetahuan.
Al Qur'an dan Ilmu Pengetahuan
Kata "Iqra" yang berarti bacalah adalah isyarat akan pintu pengetahuan. Perintah baca yang ada dalam surat tersebut bukan saja membaca ayat-ayat yang tersurat (Qauliyyah) saja tetapi juga ayat-ayat yang tersirat di alam semesta (Qauniyyah). Dalam ayat-ayat yang lain menunjukkan perintah yang seirama dengan kata "Iqra". Misalnya perintah untuk bertadabbur, berfikir, merenungkan, melihat, mendengar kejadian-kejadian di alam semesta.
Budaya membaca akan menyingkap dan menemukan banyak ilmu. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mempermudah manusia dalam menjalani kehidupan. Namun demikian, semakin berilmu manusia seharusnya semakin mengetahui keterbatasannya, dan semakin meyakini kemahakuasaan Allah SWT. Maka hanya orang-orang yang memiliki pengetahuan yang semakin dekat kepada Allah SWT. Syaikhul Islam Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa semakin tingi ilmu seseorang maka akan semakin dekat dengan Tuhannya, ilmu pengetahua inilah yang berdimensi transendental.
Ada pesan transendental (Ketuhanan) yang mendalam bahwa ayat 1-5 surat Al-Alaq tersebut adalah isyarat untuk menguasai ilmu pengetahuan. Penguasaan ilmu pengetahuan akan menempatkan manusia sebagai khalifah dan penguasa peradaban di bumi. Sebagaimana orang-orang yang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu. Orang beriman dan berilmu akan mendapatkan derajat yang tinggi. Berbekal ilmu pengetahuan dan wawasan yang mumpuni, manusia dapat menyadari dan membuktikan kebesaran Allah SWT.
Melalui surat ini Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk mencari tahu siapa Tuhan yang menciptakannya dan memuliakannya dengan segala kemampuan. Sayangnya, banyak manusia yang tidak ingat darimana dia berasal dan kurang beryukur atas nikmat-Nya. Berbekal ilmu pengetahuan dan wawasan yang mumpuni, manusia dapat menyadari dan membuktikan kebesaran Allah SWT.
Spirit Nuzulul Qur'an dalam Konteks Pendidikan
Dalam konteks kehidupan kita saat ini sprit malam Nuzulul Qur’an mengajarkan kepada kita semua tentang dua hal penting yaitu agar kita senantiasa membiasakan diri untuk membaca, membaca merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Dalam surat Al Alaq diatas tidak ada perintah secara khusus untuk harus membaca tulisan maupun buku. Akan tetapi membaca yang dimaksud dalam skala yang lebih besar, yaitu membaca keadaan sosial dan lingkungan sekitar. Tujuannya agar dapat melatih diri untuk meningkatkan kepekaan, rasa empati, dan kepedulian terhadap sesama. Yang kedua adalah kita selalu berusaha dan tidak mudah menyerah.
Spirit yang kedua kita bisa membayangkan bagaimana kondisi psikologis Muhammad kala itu dalam suasana penuh ketakutan karena baru bertemu orang yang belum dikenalnya, tidak mudah yang dibayangkan saat Malaikat Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad. Ia terus berusaha menuntun Nabi Muhammad agar mampu mengikuti bacaan yang disampaikannya hingga benar: Iqo’ ya Muhammad !! namun Muhammad selalu menjawab ma ana biqooriin. Diriwayatkan bahwa untuk kedua kalinya Malaikat memegang Nabi dan menekan-nekannya, sehingga Nabi kepayahan dan setelah itu dilepas. Malaikat berkata lagi kepadanya “bacalah”.
Nabi menjawab “saya tidak bisa membaca”. Hingga baru ketiga kalinya Nabi Muhammad SAW mampu mengucakan apa yang diajarkan Jibril AS yaitu surat Al-Alaq 1-5.
Dalam konteks pendidikan Islam menginginkan pemeluknya cerdas dan pandai. Kecerdasan ditandai dengan kemampuan menyelesaikan masalah secara cepat dan tepat. Sedangkan pandai ditandai dengan banyaknya pengetahuan dan informasi yang dimiliki. Kecerdasan dan kepandaian dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu pertama, memilki sains yang berkualitas tinggi yaitu sebuah pengetahuan yang merupakan produk indera dan akal yang mengindikasikan tinggi dan rendahnya kemampuan akal seseorang.
Sebagai muslim kita diharapkan tidak hanya menguasai teori-teori sains, tetapi berkemampuan menciptakan teori-teori baru dalam sains, termasuk teknologi modern. Yang kedua adalah memahami dan menghasilkan jenis pengetahuan yang diharapkan dapat menjadi problem solver dalam konteks bermasyarakat dan berbangsa. Wallahu a'lam.
*)Penulis: Dr. H. Heri Solehudin Atmawidjaja (Dosen Pascasarjana Uhamka Jakarta, Anggota Forum Doktor Sospol UI, Wakil Ketua PDM Kota Depok).