Kamis, 30 Maret 2023

Menakar Era Baru Televisi Dalam Transformasi Konvergensi Media

- Senin, 4 Juli 2022 | 20:57 WIB
Oleh: Syahnanto Noerdin*)
Oleh: Syahnanto Noerdin*)

RADARDEPOK.COM, Keberadaan televisi tetap menjadi sumber informasi yang paling dapat diandalkan bagi masyarakat. Pasalnya, televisi hadir sebagai alat untuk memberikan kemampuan audiovisual. Inti dari media massa adalah untuk menyebarkan informasi, pendidikan dan hiburan, dan untuk memungkinkan pengaruh.

Saat ini, perubahan karakteristik komunikasi semakin berubah dan tanda-tanda perubahan semakin kuat. Penggunaan teknologi dalam media massa merupakan suatu keniscayaan yang tak terelakkan. Mengutip Henry Jenkins dalam Journal of the Cultural Logic of Media Convergence (2004), Internet telah menjadi pendorong utama pertumbuhan konvergensi media, memungkinkan konsolidasi berbagai media tradisional yang dapat diakses melalui Internet. Di sisi lain, dengan berkembangnya berbagai perangkat, masyarakat dapat dengan mudah mengakses berbagai macam konten, berita, hiburan, dan informasi lainnya.

Televisi sebagai media konvensional, diyakini masih eksis untuk bertahan dari gempuran media baru. Dari Hasil survey yang dikembangkan oleh AC Neilsen, TV masih diminati dan menempati posisi teratas dalam perhatian media masyarakat Indonesia. Hasil penelitian yang diteliti Mezia Kemala Sari (2016) dalam Jurnal 'Peran Strategi dan Stilistika dalam Iklan TV' juga menyebutkan bahwa  masyarakat umum menyukai TV karena sifat informasi dan hiburan yang disajikan secara praktis.

Munculnya internet dalam perkembangan pertelevisian memunculkan kerjasama antara keduanya, atau biasa disebut konvergensi. Konvergensi dilihat sebagai proses dimana perusahaan media yang sebelumnya mengkhususkan diri dalam satu platform (seperti cetak, radio, televisi atau online) sekarang membentuk konglomerasi media lintas platform yang lebih besar. Konvergensi teknologi platform terjadi karena digitalisasi konten multimedia, yang mengakibatkan benturan antara media lama dan baru (Jenkins, 2006). Konvergensi media tidak hanya mengubah teknologi, tetapi juga mengubah hubungan antara teknologi yang ada, dalam hal industri, pasar, gender, dan audiens.

Konvergensi mengacu pada proses, tetapi tidak pada titik akhir. Berkat proliferasi saluran dan portabilitas teknologi informasi dan telekomunikasi baru, kami dapat menggunakan semua jenis media dan terhubung satu sama lain. Gadget bukan hanya perangkat telekomunikasi; tetapi juga dapat bermain game, mengunduh informasi dari Internet, dan menerima serta mengirim foto atau pesan teks.

Dari sudut pandang para profesional dan praktisi media, konvergensi dilihat sebagai proses lintas platform konglomerasi media yang sebelumnya berspesialisasi dalam satu platform seperti media cetak, radio, televisi atau online. Konvergensi teknologi platform adalah karena digitalisasi konten multimedia, yang telah menyebabkan tabrakan antara media baru dan lama (Jenkins, 2006). Secara khusus, konvergensi media bukan sekadar transfer teknologi, tetapi karena konvergensi, hubungan antara teknologi berubah, dalam hal industri, pasar, gender, dan masyarakat.

Konvergensi mengacu pada suatu proses, tetapi bukan titik akhir. Berkat kecangihan dan pesatnya perkembangan teknologi media, maka masyarakat dapat menggunakan semua jenis media dan berhubungan satu sama lain. Perkembangan industri televisi konvensional lambat laun mengalami perubahan dengan hadirnya televisi digital dimana dalam satu layar televisi dapat digunakan berbagai platform yang terkoneksi dengan internet.

Keberadaan televisi digital dirasa memberikan beberapa keunggulan bagi penggunanya. Seperti halnya internet, televisi digital memungkinkan tersedianya tambahan-tambahan siaran yang lebih interaktif. Selain itu, keunggulan televisi digital dibandingkan konvensional adalah kualitas gambar yang jernih dan suara yang lebih baik, dimana penonton seakan menikmati sebuah tayangan layaknya menonton sebuah home theater.

Tentunya pesatnya perkembangan teknologi berbanding lurus dengan perekembangan media massa. Hadirnya internet dalam kehidupan keseharian masyarakat berdampak besar terhadap keberlangsungan media konvensional. Salah satunya adalah media televisi yang mau tidak mau harus berbenah diri menyambut era baru yaitu televisi digital.

Kemunculan media baru ini mengubah cara masyarakat mendapatkan informasi melalui media. Untuk dapat terus berkompetisi sebagai sumber informasi yang diminati masyarakat, media televisi harus melakukan sebuah inovasi dengan cara berkonvergensi.

Mau tidak mau, suka tidak suka, konvergensi media memungkinkan para profesional di bidang media massa untuk menyampaikan berita dan menghadirkan informasi dan hiburan, dengan menggunakan berbagai macam media. Pemerintah dalm hal ini selaku regulator punya tanggungjawab penuh menciptakan regulasi yang dapat melindungi segenap elemen masyarakat dari pengaruh buruk media. Regulasi menjadi konsekuensi logis dari permainan simbol budaya yang ditampilkan oleh media konvergen. Tujuannya jelas, yakni agar tidak terjadi tabrakan kepentingan yang menjadikan salah satu pihak menjadi dirugikan. Terutama bagi kalangan pengguna atau publik, pihak ini biasanya menjadi pihak yang paling sering menjadi korban dari implementasi konvergensi.

Efek terbesar dalam konvergensi media dalam konteks ini terjadi persaingan ekonomi, dimana media membutuhkan keuntungan yang banyak dari ongkos produksi dan operasional yang juga tak sedikit. Akibatnya suatu media tidak mudah bertahan di tengah persaingan pasar media yang begitu ketat. Media butuh kerja keras untuk merebut posisi sebagai pemimpin pasar, menjual semua program pada pengiklan dan mencapai oplah sebanyak-banyaknya dari media lain. Dalam persaingan media di Indonesia, persaingan sangat dirasa ketat, bahkan sudah ada beberapa perusahaan media yang mengalami kebangkrutan.

Konvergensi media merupakan bukti kedinamisan dunia yang selalu mengalami perubahan. Bentuk baru dari media massa adalah jurnalisme online, radio streaming, televisi digital yang telah menerapkan karakteristik tersebut.

Secara umum, media massa baru saat ini memberi kemudahan masyarakat bisa langsung memberikan umpan balik terhadap informasi-informasi yang disampaikan. Media konvergen memunculkan karakter baru yang makin interaktif, dimana penggunanya mampu berkomunikasi secara langsung dan memperoleh teknologi manusia dan masyarakat mendapatkan informasi lebih cepat. Dalam era konvergensi, sebuah keniscayaan media konvensioanal harus mengikuti arus perkembangan zaman. Para pelaku industri terutama dibidang industri kreatif televisi tidak boleh tutup mata melihat kondisi sekarang ini agar tidak terdegradasi dan tergerus kencangnya arus perkembangan teknologi.

Di sisi lain konvergensi media memungkinkan para profesional di bidang media massa untuk menyampaikan berita dan menghadirkan informasi dan hiburan, dengan menggunakan berbagai macam media. Komunikasi yang sudah dikonvergensikan menyediakan berbagai macam alat untuk penyampaian berita dan memungkinkan konsumen untuk memilih tingkat interaktivitasnya, seraya mereka bisa mengarahkan sendiri penyampaian kontennya.

Beberapa Media di Indonesia seperti halnya Kompas gramedia, Jawa Pos Gorup, MNC Group dan media besar lainnya juga sudah melakukan perubahan dengan menggabungkan sistem bersama secara kontennya. Dengan kata lain Konvergensi media memberikan kesempatan kepada khalayak untuk dapat berinteraksi dengan media massa dan bahkan mengisi konten media massa. khalayak sekarang dapat mengontrol kapan, di mana, dan bagaimana mereka mengakses informasi, dalam berbagai jenisnya. Tayangan televisi tidak selalu di akses didepan layar televisi konvensional akan tetapi dapat dikases dimana saja kapan saja dengan berbagai platform.

Kritiknya adalah menjelang tahun politik, terutama Pemilu 2024, kecenderungannya bagi para penguasa media, menggunakan media sebagai alat politik guna menarik simpati publik. Keberadaan Konglomerasi media seperti ini membuat pemberitaan di dunia politik tentunya tidak lagi berimbang. Ketika sebuah media-media besar dikuasai oleh hanya beberapa kelompok besar, tentunya hal ini akan menimbulkan berbagai dampak dan sebagai ancaman.

Sebagai pemicu persaingan media yang akhirnya berujung komersialisasi media. Media lebih mengutamakan sisi komersial daripada mendidik, menginformasikan atau melakukan kontrol sosial. Konglomerasi media juga dapat menyebabkan terjadinya ketidakberagamannya sudut pandang terhadap konten yang disajikan media, sehingga berpotensi mendominasi dan mengarahkan opini publik ke satu arah bahkan dapat menimbulkan hegemoni media dengan cara-cara yang merusak fungsi pengawasan jurnalis. terhadap pembatasan kebebasan pers. Terakhir, jika pemilik selalu mengintervensi isi pers untuk tujuan propaganda, maka ada risiko media kehilangan independensi dan kredibilitasnya. Dengan kondisi ini, bukan tidak mungkin masyarakat beralih dari televisi dan menggunakan platform media sosial yang ada, karena dianggap lebih independen dan kredibel.

Di tengah maraknya gempuran platform media sosial di masyarakat seperti Twitter, Instagram, Facebook, Youtube, Whatsapp dan Telegram, faktanya kehadiran Televisi tetap menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia dalam hal pemenuhan kebutuhan informasi.  Padahal, kini masyarakat dapat memenuhi kebutuhan informasi tidak hanya melalui televisi dan radio tetapi juga melalui internet dan platform media sosial.

Televisi masih menjadi sumber informasi yang paling dipercaya oleh masyarakat, hal ini dikarenakan televisi hadir sebagai media karakteristik audiovisual. Hakikat media massa sebenarnya adalah menyampaikan informasi, pendidikan, hiburan dan mempengaruhi. Namun kini para penguasa media memanfaatkan media sebagai kendaraan politik. Yang bisa menarik simpati dari publik. Dengan adanya konglomerasi media seperti ini maka pemberitaan dalam dunia politik tidak akan berimbang dan sudah saatnya kita ikut mengontrol bersama-sama agar media massa konvensional tetap mengedepankan independensinya sebagai pilar keempat demokrasi.

*)Penulis adalah Pekerja Media di salah satu Televisi Swasta Nasional di Jakarta tinggal di Depok dan Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Demokrasi Mau Coba Dipola-pola

Jumat, 24 Maret 2023 | 14:07 WIB

Hikmah Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 18 Februari 2023 | 22:37 WIB

Tahun Politik 2023: Menjaga Nalar Politik

Sabtu, 31 Desember 2022 | 05:47 WIB

Pembelajaran Keragaman Budaya Sejak Dini

Minggu, 20 November 2022 | 21:24 WIB

Bagaimana Film Membentuk Kehidupan Kita?

Jumat, 18 November 2022 | 20:37 WIB

Pahlawan (Dalam) Perang Melawan Narkotika

Kamis, 10 November 2022 | 00:09 WIB

Hari Pahlawan Dalam “Darurat” Politik

Rabu, 9 November 2022 | 22:31 WIB
X