Oleh: Hana Triana*)
RADARDEPOK.COM -- Dunia saat ini dihadapkan pada satu perubahan yang dahsat dalam berbagai bidang kehidupan, yang saling terkait dan akan bergerak terus tanpa batas, meminjam istilah Thomas L Friedmen (2016) dunia seakan rata (The world is flat). Dampak dari perubahan tersebut membawa kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup seperti peluang akses informasi, komunkasi lintas batas dan pertukaran budaya antar negara.
Di sisi lain, hal itu juga memiliki dampak negatif dalam kelangsungan hidup manusia seperti tumbuhnya sikap egoisme, radikalisme, entnosentrisme, ekslusifisme dan lunturnya budaya bangsa dikalangan sebagian masyarakat. Mereka mengaanggap perubahan dan interaksi dalam dunia global tidaklah terlalu penting, karena hal itu dianggap sebagai suatu ancaman, tantangan dan kondisi yang berbeda dengan entitas diri suatu kelompok masyarakat tertentu (in group vs out group).
Jika sikap seperti ini dibiarkan, kedepan akan lahir generasi yang tertutup, tidak toleran dan merasa paling benar. Dampak yang lebih luas lagi akan menjadikan adanya isolasi dan ketertinggalan dinamika budaya suatu bangsa serta pada giliranya akan menjadikan kemunduran peradaban suatu bangsa. Karena itulah, diperlukan gagasan progresif yakni dengan pembiasaan berpikir terbuka bagi generasi muda untuk menghadapi kebhinekaan global.
Menanamkan sikap berpikiran terbuka dapat dijadikan sebagai prinsip profil identitas diri. Budaya sikap open-minded dapat kita lakukan dengan terbiasa menerima, merespon dan menghargai akan perbedaan secara arif. Di mulai dari diri dengan memahami karakteristik dan potensi diri untuk mengekspresikan serta merefleksikan diri seseorang. Begitu juga dalam interaksi di suatu komunitas kelompok sikap menghargai, terbuka dan toleransi terhadap adanya ragam karakteristik budaya dijadikan sebagai potensi terbesar untuk memperkaya khazanah budaya bukan sebagai ancaman dalam diri. Pembiasaan berpikiran terbuka yang diyakini dalam suatu komunitas tertentu sebagai dasar untuk berpikiran terbuka dalam kehidupan bermasyarakat.
Secara terminologis, berpikir terbuka merupakan cara pandang luas yang dilihat dari sudut pandang positif dan terfokus pada nilai-nilai dalam keyakinan terhadap suatu ragam kegiatan kehidupan dimasyarat. Aksi nyata keharmonisan dalam kehidupan masyarakat untuk membudayakan pemikiran open-minded diantaranya; Keragaman dalam menerima pendapat, sikap toleransi dalam berinteraksi antar sesama, mengenal nilai-nilai kebudayaan dan pembiasaan dalam masyarakat, saling melakukan tukar budaya dan mempromosikan kekhasan yang dijadikan sebagai ajang saling unjuk rasa untuk kesenangan atau kegiatan yang lain dalam menunjukan nilai-nilai kebaikan, keindahan dalam keragaman. Sikap inilah pada akhirnya akan mendorong tumbuhnya peribadi yang memiliki karakter berkebhinekaan global.
Secara implementatif, pembiasaan penguatan karakter berkhebinekaan global melalui pembiasaan terbiir terbuka sangatlah penting untuk diimplementasikan dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat. Nilai-nilai budaya yang perlu kita pegang teguh untuk mencerminkan jati diri bangsa diperkuat dengan tidak antipasti terhadap kebhinekaan dalam budaya masyarakat global. Budaya pembiasaan dapat diterapkan dengan memiliki wawasan global tentang budaya suatu bangsa atau kelompok lain, baik dalam kehidupan aspek agama, sosial, budaya, kesenian dan upacara adat.
Sikap open-minded atau berpikiran terbuka perlu dibudayakan dalam suatu komunitas tertentu seperti sekolah dan masyarakat. Memahami tentang cara pandang, ketertarikan, keinginan, keyakinan merupakan cara yang berbeda dalam penerapannya sepanjang itu dalam batasan norma yang ada. Sikap berpikiran terbuka merupakan sikap international-mindedness dalam menerapkan prinsip-pripsip diri sesuai dengan nilai-nilai sikap dalam kehidupan bermasyarakat. Budayakan dari diri dan komunitas untuk menjadikan dunia ini tempat yang damai untuk kita semua.
Untuk dapat mewujudkan penguatan karakter berkebhinekaan global melalui pembiasaan berpikir terbuka setidaknya terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan; dalam pembelajaran peserta didik dijadikan subyek pendidikan dan pusat proses pembelajaran, beri keleluasaan mereka untuk berpikir; teori aktivitas diri dan aktif-positif merupakan dasar dari proses pembelajaran open-minded; tujuan pendidikan dirumuskan berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa daripada tekanan pada penguasaan materi pelajaran; kurikulum sekolah disusun dalam kerangka kegiatan bersama atau kegiatan yang bersifat “proyek”; perlunya secara rutin kontrol informal di kelas dan sosialisasi mengajar dan belajar atau kegiatan bersama di tengah-tengah arus deras individualisme; hendaknya banyak diterapkan keaktifan berpikir dan berargumentasi daripada sekedar menghafal atau mengingat-ingat saja; pendidikan hendaknya mengembangkan kreativitas siswa. Oleh karena itu perlulah dipersiapkan pendidik yang fleksibel dalam profesinya.
Akhirnya kita perlu menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan berbudaya sesuai dengan karakter jat diri bangsa namun juga tetap mengikuti arus perkembangan di era global. Ha ini dapat dilakukan salah satunya dengan membiasakan berpikir terbuka.
*)Penulis adalah Mahasiswa S3 Program Studi PGSD Universitas Negeri Jakarta