Oleh: Dr. Heri Solehudin Atmawidjaja*)
RADARDEPOK.COM -- Menjadi seorang pendidik adalah menempatkan posisi sebagai kompas yang menentukan masa depan bangsa, apa yang ditanamkan pada anak-anak didik hari ini akan menjadi bekal yang sangat berharga untuk anak-anak didik dimasa yang akan datang.
Oleh karena itu posisi seorang pendidik adalah posisi yang sangat penting dan terhormat bahkan lebih penting dan terhormat dari posisi apapun didunia ini. Karena itu, sebagai pilar utama dalam pendidikan bangsa guru merupakan tiang penyangga yang harus disokong oleh kekuatan negara secara maksimal.
Jika guru menyadari akan pentingnya posisi yang diembannya maka guru tentu tidak akan dapat tergantikan oleh siapapun dan dalam kondisi apapun, sehebat apapun teknologi dimasa yang akan datang tidak akan mampu menggantikan posisi seorang guru, karena aspek “personal touch” yang dmiliki oleh seorang guru tidak akan mampu tergantikan oleh kehebatan teknologi digital kini maupun dimasa mendatang.
Menjadi guru adalah menjadi role model bagi anak-anak didiknya, apa yang ditanamkan akan terpatri dalam bangunan kepribadianya. “Atta’aalum fisshighor kannaqsi alal hajar, wata’allum fil kibar kannaqsi alal maa" (belajar diwaktu kecil adalah ibarat mengukir diatas batu, dan belajar diwaktu besar adalah laksana mengukir diatas air).
Dalam mengemban amanah besar mencerdaskan kehidupan bangsa seorang guru dituntut untuk mampu berperan multifungsi, karena pendidikan bukan hanya persoalan nilai ujian yang tinggi atau mampu diterima pada sekolah lanjutan favorit. Akan tetapi pendidikan adalah soal bagaimana membangun sebuah bangunan karakter bagi anak-anak didiknya, maka pendidikan juga meliputi seluruh aktifitas baik dalam bentuk arahan, bimbingan dan petunjuk serta perhatian yang diberikan seorang guru kepada muridnya baik didalam maupun diluar kelas.
Seorang guru adalah pendidik yang bukan hanya dituntut untuk melakukan transfer of knowledge (mentransfer ilmu pengetahuan), akan tetapi seorang pendidik yang lebih utamanya adalah harus mampu melakukan transfer of value yaitu mentransfer nilai-nilai kehidupan, nilai-nilai moral, karakter, ahlakul karimah yang pada akhirnya membentuk generasi yang berintegritas. Itu artinya bahwa tanggung jawab seorang guru sangatlah besar dan bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan profesi apapun didunia ini.
Akan tetapi sayangnya kita saat ini masih sering miris mendengar jeritan hati seorang pendidik yang harus menjalani kehidupannya dengan segala keterbatasan, bahkan banyak tenaga pendidik yang masih hidup dibawah garis kemiskinan. Suatu ironi sejarah yang harus menjadi perenungan kita bersama, menjadi perhatian bagi calon-calon pemimpin yang akan datang bahwa para pemikul masa depan bangsa ini perlu dan harus mendapatkan kehidupan yang terhormat. Negara harus hadir, pemimpin-pemimpin politik harus menjadi pelopor, tidak hanya mampu menjadikan guru sebagai komoditas politik tetapi benar-benar menjadi panglima bagi kesejahteraan guru, agar guru menjadi berdaya sehingga pendidikan mampu menghasilkan generasi yang unggul dan berbudi luhur, cakap dalam bekerja juga memiliki karakter yang kuat, inilah masa depan bangsa.
Sudah diketahui bersama bahwa tujuan pendidikan kita sebagaimana tertuang didalam pembukakaan UUD 45 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, artinya bahwa pendidikan adalah tanggungjawab negara. Sebagai pemangku kepentingan, pemerintah harus memiliki kepedulian lebih terhadap pendidikan, akan tetapi saat ini pada saat para guru menaruh harapan lebih akan kesejahteraannya justru pemerintah bertindak sebaliknya, menempatkan guru sebagai pekerja kontrak tak ubahnya seperti pekerja-pekerja lainya, yang artinya tidak menempatkan pendidikan sebagai prioritas dalam menyiapkan masa depan bangsa.
Menyiapkan masa depan bangsa tidak sesederhana menyusun program kerja pemerintahan selama lima tahun, tetapi menyiapkan masa depan bangsa adalah menyiapkan nasional building melalui pendidikan, dan itu hanya dapat dilakukan oleh para pendidik. Maka memberikan reward kepada para guru adalah bentuk terimakasih negara, karena gurulah yang mampu melukiskan masa depan bangsa, guru akan terus tercatat dalam sejarah yang menentukan kompas perjalanan bangsa kedepan, sayangnya kesejahteraannya belum berbanding lurus dengan fungsinya sebagai pemikul masa depan bangsa.
Selamat Hari Guru 2022. Jasamu terpatri dalam sanubari kami, padamu bangsa ini terus berhutang, dan entah sampai kapan bangsa ini mampu membayarnya.
*)Penulis: Dr. Heri Solehudin Atmawidjaja (Pemerhati Sosial Politik Pascasarjana Uhamka Jakarta, Wakil Ketua Forum Doktor Sospol UI, Direktur Heri Solehudin Center).