Baca Juga: Suara PSI Melonjak Akibat Sirekap Tidak Presisi
Menurut dia, gerakan politik yang mengatasnamakan agama untuk kepentingan kekuasaan ini merupakan salah satu cara yang sering dipakai dalam aksi radikalisme.
“Dalam konteks Indonesia, semua ekstrem tadi pernah terjadi dan menjadi teroris. Contoh, ekstrem kiri yang mengatasnamakan PKI atau komunisme. Dulu ada pemberontakan Di 30 SPKI tahun 1965. Bahkan sebelumnya, pemberontakan PKI Madion,” ucap dia.
Brigjen Pol Achmad Nurwahid menjelaskan, yang terjadi saat ini adalah yang di alami di Papua, yaitu permasalahan KKB.
Baca Juga: Bapanas Klaim Harga Beras Turun Rp2.000 Per Kilogram
“Jika ekrtrem kanan, itu yang paling sering. Seperti pemberontakan DITII, Kartos Wirjo. Yang ingin mendirikannegara Islam Indonesia atau NII. Nah, kalau untuk radikalisme mengatasnamakan agama atau ekstrem kanan yang di Indonesia, sekarang genealoginya semua dari NII,” ujar dia.
Hal yang harus dipahami masyarakat, ujar Brigjen Pol Achmad Nurwahid. radikalisme atau ekstremisme bisa dianalogikan itu merupakan ibarat virus.
“Kalau radikalisme, terorisme, ataupun ekstremisme itu, ini virus ideologi, ini yang harus dipahami oleh semuanya ya,” kata dia.
Baca Juga: PPP : Lonjakan Suara PSI Tidak Masuk Akal, KPU dan Bawaslu Wajib Usut Dugaan Penyimpangan
Brigjen Pol Achmad Nurwahid mengatakan, virus ideologi ini berpotensi bisa memapar berbagai unsur masyarakat. Tidak melihat suku, ras, agama, jabatan, profesi, bahkan tidak melihat kadar intelektualitas seseorang.
“Seorang Jendral, seorang profesor, seorang ulama sekalipun. Kalau terpapar virus Ideologi radikal ini, dijamin dia nggak akan bisa berpikir secara substansial. Tidak akan bisa melihat secara spiritual,” tutur dia.
Saat ini, ujar Brigjen Pol Achmad Nurwahid, ada beberapa kelompok masyarakat yang selalu mengembangkan persepsi ketidakadilan kepada pemerintah.
“Ini sebenarnya benar-benar virus itu ada, ini yang sering disebut virus takfiri, yaitu adalah adalah paham dengan mengkafirkan orang lain yang berbeda,” kata dia.
Brigjen Pol Achmad Nurwahid menuturkan, saat ini tidak hanya yang beda agama. Bahkan sesama agama, hanya beda mazhab, beda paham pun saling mengkafirkan.
Artikel Terkait
Rektor Nonaktif UP, ETH Melawan! : Selasa Depan Dipanggil dengan Laporan Korban DF
Selisih Suara Limo Bikin Panas Rekapitulasi, Begini Kronologisnya
Penghitungan Sementara KPU: Pendatang Baru Geser Petahana di Pileg DPR RI Jabar VI Depok-Bekasi
Real Count KPU RI Sementara: PKS Masih Perkasa di Pileg DPRD Jabar VIII Kota Depok-Kota Bekasi, Golkar dan Gerindra Selesih Tipis
Real Count Sementara Suara Pileg DPRD Depok di KPU RI: PKS Tetap Bertengger di Atas, Gerindra Dibayangi Golkar, PDIP Selisih 1 Persen dengan PKB
Kemenhub Ancang-ancang Naikan Tarif KRL Jabodetabek
Sidang Praperadilan Kasus Firli Digelar 13 Maret, Jaksa Didesak Buka-bukaan