Jadi, sambung Sarah, untuk korban yang pertama sudah sering mendapatkan obrolan dewasa. Setelah itu dia sempat melapor kepada temannya. Tapi karena mungkin tidak ada bukti dan lain-lain, akhirnya pada pertemuan selanjutnya dia merekam percakapan itu.
“Karena dia tahu pasti arahnya akan ke arah sana. Dan itu benar terjadi. Kemudian, korban pertama ini berusaha melapor bersama orang tuanya ke sekolah. Terus juga yang saya dapati, katanya sekolah merasa diselesaikan secara internal dan lain-lain, alias dianggap sudah selesai,” kata Sarah.
Tapi, lanjut Sarah, saat itu korban masih merasa tidak terima. Karena kondisinya pada saat penyelesaian masalah itu korban merasa disudutkan, dengan dalih pelaku memiliki istri yang cantik. Jadi tidak mungkin ada percakapan yang arahnya ke sana. Itu untuk korban yang pertama.
“Terus untuk korban yang kedua itu juga menghubungi saya. Ia juga menceritakan kejadian itu. Mungkin karena mereka sama-sama teman jadi sudah tahu yang saya post di sosial media saya ya, kurang lebih seperti itu, intinya ada empat korban,” kata Sarah.
Setelah Sarah viralkan kasus itu di media sosialnya, kemudian pelecehan oknum guru itu menjadi ramai perbincangan. Akhirnya, ada korban-korban lain yang menghubungi Sarah lagi. Yang mulanya empat korban, kini bertambah jadi tujuh korban.
“Nah, korban lain yang baru speak up sekarang merupakan alumni sekolah tersebut. Jadi, kejadian itu ada yang dari 2019. Itu yang saya tahu,” beber Sarah.
Berkaitan dengan korban pertama, Sarah mengungkapkan, pelecehan yang dilakukan oknum guru itu dilakukan secara verbal, alias melalui obrolan secara langsung. Tetapi parahnya lagi, ternyata pelaku juga sempat melakukan pelecehan yang melibatkan fisik.
“Melibatkan fisik ada, tapi karena kejadian itu spontan dari pelaku, jadinya korban tidak memiliki bukti secara jelas gitu. Tapi korban sempat bercerita juga gitu ke temannya. Tapi karena mereka merasa takut dan lain-lain, akhirnya mereka pendam sendiri,” kata Sarah.
Adapun pelecehan yang dilakukan pelaku tersebut berbagai macam, kata Sarah, seperti memeras bokong korban, ada juga yang modus merapikan dasi padahal gerakan tangannya seakan-akan ingin menyentuh payudara korban, dan masih banyak lagi.
“Korbannya itu macam-macam. Ada yang kelas VII, VIII, dan ada juga yang sudah jadi alumni. Dan pelakunya ini orangnya sama. Bahkan setahu saya orangnya tuh masih mengajar,” beber Sarah.
Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok mengutuk keras kejadian pelecehan seksual yang dilakukan salah satu oknum guru di SMPN 3 Kota Depok kepada beberapa siswinya.
Baca Juga: Duh! Lahan Pemkot Depok Dijadikan Lapak Hewan Kurban : Izin Sewa Dinyatakan Ilegal
Kepala Disdik Kota Depok, Siti Chaerijah Aurijah, tak menampik kejadian tersebut di salah satu SMPN di Depok. Saat ini, kasus tersebut sedang ditangani lintas sektor, yaitu UPT PPA, DP2AP2KB, dan Disdik Kota Depok.
“Dari Disdik sendiri akan lebih fokus pada pembinaan oknum guru tersebut sebagai pelaku,” ujar Siti Chaerijah Aurijah.
Artikel Terkait
SPMB 2025 Lebih Adil dan Transparan! Ini Waktu Pendaftaran dan Syarat Masuk SDN
Kemampuan 31 Siswa SMP PGRI Depok Jaya Dites
Waikota Depok Supian Suri Sidak Pelayanan Kelurahan Bojong Pondok Terong : Datang Tanpa Pemberitahuan, Temukan Sampah Berserakan
Kelurahan Pondokjaya dan Puskesmas Ratujaya Deteksi Dini Penyakit Menular di Depok, 50 Supir Angkot dan Driver Ojol Jadi Sasaran
Belasan Bangunan Liar Pasar di Ciluar Ditertibkan Satpol PP
Kecamatan Jonggol Apel Hardiknas 2025 : Jaga Komitmen Lawan Premanisme
Pengalihan Eks Gedung SDN Pondok Cina 1 jadi Rumah Didik Anak Istimewa : Pemkot Depok Diminta Bawa Kajian yang Transparan