Kemudian, kekhawatiran atas El Nino yang dapat memengaruhi panen tebu pada 2023–2024 turut membuat pasar merespons cepat. Salah satunya dengan peningkatan harga sejak dini.
Baca Juga: Prabowo-Ganjar Mencuat, Demokrat Akhirnya Masuk KIM
Badan Pangan Nasional telah meningkatkan harga pembelian di tingkat petani sebesar Rp 100 menjadi Rp 12.500 per kilogram merespons kenaikan harga gula internasional. Namun, kenaikan harga di tingkat konsumen tetap tak terhindarkan.
Menurut Hasran, untuk mengatasinya, pemerintah sebaiknya melakukan diversifikasi sumber impor gula. Saat ini sebagian besar impor gula Indonesia berasal dari Thailand, India, dan Brasil yang tengah mengalami penurunan produksi.
”Diversifikasi sumber impor dapat menyasar negara-negara penghasil gula lainnya seperti Meksiko, Pakistan, Amerika Serikat, Kolombia, Guatemala, dan Filipina. Diversifikasi ini dapat menjadi solusi ketika negara sumber impor utama mengalami penurunan produksi,” paparnya.
Baca Juga: Pemilu Presiden di Depan Mata, Pendaftaran Capres Cawapres Dimulai 19 Oktober
Selain itu, pemerintah tetap harus mengamankan pasokan gula dalam negeri dengan meningkatkan produksi. Termasuk dengan produktivitas yang lebih baik melalui penggunaan teknologi modern, penggunaan benih tebu berjenjang, serta penataan varietas.***