RADARDEPOK.COM - Dahulu masih disebut sebagai Halte Pondok Terong. Stasiun kereta yang terletak diantara Stasiun Depok dengan Stasiun Citayam. Semasa masih aktif, halte tersebut melayani perjalanan KRL Jabodetabek tujuan Jakarta Kota ke Bogor atau sebaliknya.
Teng..teng..teng..teng..
Deru sirine penyebrangan jalan kereta meraung. Palang perlintasan menurun perlahan. Ada bapak tua dengan motor maticnya menerobos. Perlintasan liar di Bojong Pondok Terong memang selalu ramai kala siang.
Baca Juga: Gratis! Pajak Jabar III Adakan Kelas Pajak Coretax Hingga Desember
“Aduh Bapak jangan main terobos begitu saja,” hardik seorang pemuda. Dia petugas perlintasan disana.
“Kan kereta sudah mau lewat,” katanya terus meracau kesal.
Si bapak tadi sudah melenggang jauh. Tak memperdulikan.
Tintin..tintin.. Klakson motor maupun mobil bersaut sautan. Terjadi sedikit kemacetan di perlintasan jalan penyebrangan kereta Bojong Pondok Terong.
Siang itu, Tim Radar Depok bergerak menuju rumah seorang warga asli Pondok Terong, untuk mengumpulkan cerita tentang stasiun yang kini hanya menjadi kenangan. Stasiun yang letaknya berada di perlintasan itu.
Memasuki kawasan rumah. Rumah sederhana itu terlihat asri dengan nuansa cat hijau. Ditemani rimbunan pohon rambutan, terik mentari siang itu menjadi sedikit terhalau. Beberapa burung peliharaan bersiul nyaring. Juga bermacam-makam ikan hias di aqarium yang memanjakan mata.
Baca Juga: Mencegah Praktik Makelar Kasus dari Advokat Gadungan Demi Terciptanya Officium Nobile
Terletak di Jalan Masjid At Taqwa, RT1/1, Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kecamatan Cipayung, Kota Depok, pria setengah baya, memakai baju coklat membuka pintu menerima kunjungan tim Radar Depok. Ahmad Hudayah namanya.
“Nyasar gak neng?. Gak susah kan mencari alamatnya,” Ahmad Hudayah membuka perbincangan.
“Alhamdulillah mudah dicarinya Pak,” sahut kami.
“Duduk deh. Biar saya ambilkan minum dulu,” timpal Ahmad Hudayah.