RADARDEPOK.COM – Kenaikan kurs dolar Amerika Serikat yang menembus angka Rp17.000 per dolar AS, bukan hanya mengguncang stabilitas makro ekonomi nasional.
Tetapi juga menebar kekhawatiran akan badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), terutama di wilayah Kota Depok. Kendati belum ada PHK besar-besaran, tapi sejumlah pengamat mengingatkan akan hadirnya tsunami tersebut.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Pancasila, Hindradjid Harsono menerangkan, peringatan lebih serius terkait dampak jangka pendek dari pelemahan rupiah. Sektor formal, seperti UMKM akan menjadi yang paling terdampak.
Baca Juga: Indonesia U17 vs Korea Utara U17: Garuda Dilarang Lengah, Berikut Jadwal dan Susunan Pemainnya!
“PHK massal sangat mungkin terjadi di perusahaan-perusahaan yang bergantung pada bahan impor, karena biaya produksi meningkat tajam. UMKM juga akan terdampak, karena keuntungannya menyusut dan mereka cenderung akan mengurangi jumlah karyawan,” terang dia kepada Radar Depok.
Dia juga menyebutkan, penurunan daya beli masyarakat saat ini sudah mulai memaksa ritel dan jasa untuk mengurangi jam kerja karyawan, sebagai bentuk efisiensi.
“Memprediksi pergeseran tenaga kerja dari sektor formal ke informal, melemahnya ekspor akibat kebijakan proteksionisme global, hingga terjadi polarisasi keterampilan akibat transformasi digital yang makin cepat,” kata dia.
Baca Juga: Lahan 5.637 Meter di Sukatani Depok Diusulkan Bangun untuk Sekolah Rakyat
Kemudian, beber Hindraradjid jika tidak ada intervensi struktural dari pemerintah, bonus demografi bisa berubah jadi beban. Solusinya, realokasi APBN sekitar 2 persen.
“Ini untuk pelatihan vokasi, insentif pajak bagi perusahaan yang mempertahankan karyawan, serta penguatan kerja sama ekonomi regional,” tambah dia.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Indef, Bima Yudhistira memperingatkan potensi PHK massal di tengah pelemahan nilai tukar. Berefek jelas, harga barang naik, bahan baku naik, dan utang luar negeri perusahaan jadi makin berat.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Larang Ngecrek Sumbangan di Jalan Raya Mulai Hari Ini, SE Disebar
“Mereka pasti akan lakukan efisiensi, dan salah satu langkah efisiensi paling umum adalah PHK,” ujar Bima.
Bima turut memperkirakan, dalam 6–12 bulan ke depan, ekonomi Indonesia bisa memasuki fase pelemahan dan resesi.
Jika tekanan terhadap rupiah dan inflasi global tidak segera direspon dengan kebijakan fiskal dan moneter yang tepat. “Ekonomi Indonesia bisa alami pelemahan bahkan resesi,” tegas Bima.