Minggu, 21 Desember 2025

Mengenal Ketua IPSI Bojongsari, Apih Supriyatna, Cinta Silat Sejak Belia, Tradisi Turun Temurun : Bagian 2

- Jumat, 13 Oktober 2023 | 12:00 WIB
Ketua IPSI Bojongsari, Apih Supriyatna
Ketua IPSI Bojongsari, Apih Supriyatna

RADARDEPOK.COM - Masih banyak cerita yang bisa digali dari Apih Supriyatna selaku Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Bojongsari. Kali ini, Harian Radar Depok akan membahas soal masa muda pelaku ahli bela diri pencak silat tersebut, yang sudah berkutat dengan pencak silat sejak belia.

Apih Supriyatna jatuh cinta dengan bela diri pencak silat sejak mengenyam pendidikan SD. Dengan usia yang begitu belia, dirinya pertama kali belajar silat dengan mendiang abang kandungnya, Herman Safei.

Baca Juga: Pengabdian Masyarakat Dalam Sistem Informasi Pada Anak Usia Dini di RPTRA Bambu Apus Petung

Setelah perjalanan yang cukup panjang ketika mendalami bela diri pencak silat bersama mendiang abang kandungnya, Apih Supriyatna kemudian melanjutkan pelatihan bela diri nya dengan salah satu murid orang tuanya yang biasa disebut Baba Sukardi.

Setelah belajar dengan beberapa orang yang dipercaya. Kemudian Apih Supriyatna melanjutkan pelatihan bela diri pencak silatnya dengan mendiang ayah kandungnya, yang biasa dikenal dengan nama Adang Mursid, merupakan salah satu guru besar persilatan di Kota Depok.

Baca Juga: Pendampingan Kemandirian Ekonomi Kerakyatan Dalam Pertanian Perkotaan Budikdamber dan Hidroponik Sistem Sumbu

Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan Apih Supriyatna, pelatihan bela diri pencak silat yang dilakoninya ini merupakan pelatihan yang sudah biasa dilakukan secara tradisi di lingkup keluarga maupun masyarakat kala itu.

Karena ada pepatah orang dulu, kalau punya anak laki-laki mau belajar silat, kudu ke orang lain dulu baru sama orang tua nya di rapihin. Waktu itu saya cuma ikutin apa kata orang tua saya saja,” tutur Ketua IPSI Bojongsari tersebut kepada Harian Radar Depok.

Tradisi ini juga meliputi ritual pengurutan yang biasa diadakan setahun sekali, dilakukan setiap bulan mulud (Rabiul awal). Adapun, syarat yang harus dipenuhi untuk tradisi satu ini yakni membawa ayam jago kukuruyuk, pisau lipat, kain merah dan kain putih.

Baca Juga: Wilmar Dukung Pemrov Sumsel Kendalikan Karhutla

Syarat yang harus dipenuhi ini merupakan kepentingan bersama. Karena setelah mengadakan ritual pengurutan ini, ayam jago yang dibawa akan diolah menjadi ayam bekakak, dilanjut dengan agenda makan-makan bersama sebagai ajang mempererat tali silaturahmi sesama pelaku ahli bela diri pencak silat.

Untuk tradisi ritual pengurutan ini masih dilakukan rutin sampai saat ini. Tentunya kami tidak ingin menghilangkan tradisi yang sudah diwariskan secara turun temurun,” kata pria berusia 44 tahun itu.

Pelatihan dan tradisi yang biasa dilakukan Apih Supriyatna tersebut, membuktikan bahwa putra asli Bojongsari itu memiliki aliran darah bela diri pencak silat secara turun temurun, yang diwariskan orang tuanya selaku salah satu guru besar persilatan di Kota Depok.

Baca Juga: Buat Penggemar Nakama, One Piece Exhibition akan hadir di Jakarta, Berikut harga Tiketnya

Meski memiliki aliran darah pencak silat yang begitu kental. Apih Supriyatna beserta keluarga selalu berkomitmen, untuk tidak menggunakan ilmu bela diri pencak silat dengan adu sikat atau ajang pertandingan satu melawan satu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X