RADARDEPOK.COM - Dibalik kisah horor yang menyelimuti Taman Hutan Raya (Tahura) Cagar Alam, kawasan ini memiliki kekayaan flora dan fauna serta menjadi saksi bisu peninggalan Belanda di Kota Depok.
Laporan : Atfal Rida Kurnia Esa
Pada bagian samping Tahura Cagar Alam terpampang sebuah papan yang sedikit menceritakan asal usul Taman Hutan Raya Cagar Alam.
Pada papan itu terutulis Tahura ini awalnya dimiliki oleh pria berdarah campuran Belanda-Perancis bernama Cornelis Chastelein pada akhir abad ke 17.
Setelah meninggalnya Cornelis Chastelien pada 28 Juni 1714, kawasan ini dihibahkan kepada pemerintah Hindia Belanda yang akhirnya menjadi kawasan Cagar Alam pertama di Indonesia.
Melewati pintu pagar yang hanya berukuran setengah meter, tampak sebuah bangunan dengan luas 10 meter yang digunakan para penjaga untuk menghilangkan penat setelah membersihkan kawasan Cagar Alam.
Di sana terlihat sejumlah petugas kebersihan berseragam hijau yang baru selesai membersihkan dedaunan yang jatuh bereserakan. Salah satunya bernama Imam (38) penjaga Taman Hutan Raya Cagar Alam Pancoranmas.
Baca Juga: Kelurahan Tapos Serius Tekan Angka Stunting, Kader Dilatih Program Kesehatan Keluarga
Imam mengatakan kawasan Tahura Cagar Alam memiliki luas 7,2 hektar, namun Tahura Cagar Alam tidak bisa dimasuki sembarangan orang.
Sekitar 75 persen area ini merupakan kawasan konservasi yang hanya bisa dimasuki petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Untuk masyarakat yang ingin berkunjung hanya boleh sampai sini saja. Kalau untuk bagian dalam sana itu hutan daerah konservasi alam, jadi tidak boleh dimasuki semabarang orang," ujar Imam, Jumat (1/11).
Baca Juga: Mengulik Cagar Alam Depok Bagian 1 : Misteri Pemilik Sumur 7 yang Tak Pernah Kering
Menurut catatan Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, Imam mengungkapkan Cagar Alam yang menjadi paru-paru Kota Depok memiliki 452 jenis flora.
Di antaranya termasuk mahoni, eboni, jati putih, kecapi, durian, rotan, bambu, kakilayu, aren, nangka, jengkol, murbei, dan kayu laban yang sudah tumbuh puluhan tahun lalu.
Artikel Terkait
Tarif Haji 2024 Naik, Pendampingan Lansia Harus Bagus
Heboh Data Pemilih Dibobol, Ini yang Mesti Dilakukan KPU : Rekapitulasi Penghitungan Suara Terancam
Nofel Saleh Hilabi Bantu Bayi di Depok untuk Operasi Anus
Dapat Penghargaan dari Bank Indonesia, Imam Budi Hartono : Depok Berhasil Kendalikan Laju Inflasi
Kota Depok dapat Penghargaan Indeks Keterbukaan Informasi Publik, Begini Penjelasan Imam Budi Hartono
Turun dari Ajuan Walikota, Ini Besaran UMK Depok 2024
Ratusan Ribu Kendaraan di Depok Terancam Tak Bisa Isi Bensin di SPBU, Ini Sebabnya