Sekitar Pukul 09.00 WIB, Bakri memberanikan diri pulang ke rumahnya di Huta Godang. Pemandangan yang ia saksikan sungguh mengerikan.
Air bah telah menggulung seluruh wilayah. Tanpa pikir panjang, Bakri langsung menyelamatkan adik perempuannya, Ashari Amdi, ayahnya, Amir Syam, dan ibunya, Masliana Hutapea.
Kisah dramatis pun terjadi saat air mulai menggulung rumah mereka. Bakri dengan sigap mengunci pintu dan menutup rapat semua celah di rumahnya, berusaha sekuat tenaga melindungi keluarganya dari terjangan air.
Untuk mengeluarkan adik dan orang tuanya, ia bahkan harus menjebol jendela. Sekitar pukul 11 siang, Bakri berhasil membawa keluarganya mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi.
Air mulai surut menjelang malam, dan keluarganya baru bisa dievakuasi ke tempat pengungsian yang lebih aman.
Bencana ini menjadi pengalaman pertama yang dialami warga Huta Godang sejak kampung itu didirikan. Bakri meyakini bahwa tumpukan kayu besar di sungai menjadi penyebab utama banjir bandang ini. "Padahal, di kampung kami sering banjir, tetapi tidak sebesar kali ini," ujarnya.
Kini, Bakri dan keluarganya hanya bisa pasrah dan berharap bantuan. Mereka kehilangan tempat tinggal, harta benda, dan mata pencaharian.
Namun, di balik kesedihan dan keputusasaan, tersimpan secercah harapan untuk membangun kembali kehidupan yang lebih baik di Huta Godang.***