Senin, 22 Desember 2025

Radar Depok Jelajah Kupang, NTT (1) : Datang dengan Duka, Pulang Bawa Suka, Wajib Cium Hidung

- Kamis, 2 Februari 2023 | 10:30 WIB
DOK RADAR DEPOK (DOK RADAR DEPOK)
DOK RADAR DEPOK (DOK RADAR DEPOK)

Beberapa waktu lalu, kabar duka datang menyelimuti wartawan Harian Radar Depok, Markus Furgerard D. Soeharly atas kepergian sang ayah, Yonathan Soeharly yang meninggal dunia akibat, penyakit Pneumonia atau peradangan paru-paru yang disebabkan infeksi.

Laporan : Gerard Soeharly

RADARDEPOK.COM, Masih belum percaya, siang itu ada telepon masuk dari kakak perempuan yang berada di RS Leona, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pecah tangisan mewarnai awal percakapan yang ditemani panasnya terik matahari siang itu. Bukan kabar suka yang diterima, melainkan duka. Sang ayah telah dipanggil pulang ke pangkuan Allah Bapa.

Baca Juga: Puskesmas Cipas Layani Vaksin Booster Kedua

Tanpa pikir panjang, berbagai persiapan untuk pulang ke kampung halaman segera dilengkapi. Seribu sayang, keberangkatan itu harus tertunda sehari karena ada persyaratan penerbangan yang belum dilengkapi yakni vaksin booster. Pasalnya, terlalu sibuk liputan di lapangan.

Perasaan campur aduk mememani tiga jam perjalanan dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta sampai ke Bandara Eltari, Kupang. Tidak banyak kata yang dapat diungkapkan. Hanya saja perasaan kehilangan yang tidak tahu darimana asalnya.

Baca Juga: Roy Pangharapan : Masyarakat Depok Rindu Kehadiran Anies

21 tahun berlalu, wajah bandara Eltari tidak banyak berubah. Hanya saja, sedikit interior pada bagian depan yang makin dipercantik. Apalagi, patung atau tugu Eltari yang masih tegak berdiri menyaksikan sibuknya aktifitas di bandara tersebut.

Butuh waktu sekitar satu jam untuk tiba di rumah duka di Kelurahan Fatufeto, Kecamatan Alak, Kota Kupang. Namun sayang, indahnya bentangan laut yang dapat dilihat dari kejauhan itu tidak terlalu dapat dirasakan. Karena ada duka dibaliknya. Seketika, kenangan masa kecil bersama sang ayah yang penuh keceriaan kembali muncul. Apalagi saat menghabiskan waktu bermain air laut tersebut.

Baca Juga: Lapangan Godam Mampang Siap Beroperasi

Saat bertemu jenasah, tangisan kembali pecah. Perlahan-lahan, tamu dan sanak saudara yang berada disana mencoba untuk menenangkan.

"Sabar ya, harus kuat. Papa sekarang su (sudah) sonde (tidak) sakit ," kata salah satu sanak saudara yang sudah lama tidak bertemu.

Tidak ada upacara adat dalam pemakaman tersebut, sama saja dengan upacara pemakaman di kota besar lainnya. Meski begitu, rata-rata tamu dan saudara yang hadir dalam pemakaman itu diwajibkan mencium hidung satu sama lainnya yang merupakan kebiasaan orang timur yang berasal dari Pulau Rote dan Sabu. Kebiasaan itu berlaku untuk siapa saja tanpa membedakan tua-muda, laki-laki-perempuan bahkan status sosial.

Baca Juga: Molor Sebulan, Siap-Siap Kontraktor Jembatan Jatijajar Depok Kena Denda

Biasanya, tradisi cium hidung dalam masyarakat Sabu Raijua tersebut untuk menyambut tamu. Sehingga cium hidung atau henge do memiliki makna yang sangat mendalam yakni keakraban dan rasa keterikatan antara satu dengan yang lain sebagai tanda persaudaraan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X