RADARDEPOk.com - Ekonomi global masih dibayangi ketidakpastian. Geopolitik masih menjadi faktor risiko terbesar, antara lain meningkatnya konflik dan friksi antarnegara (perang di Ukraina, krisis Timur Tengah, dan friksi antara AS dan Tiongkok).
Selain itu, maraknya kebijakan industri global, peningkatan jumlah sanksi dan restriksi dagang, serta melemahnya peran institusi global.
Neraca perdagangan Jawa Barat bulan Mei masih melanjutkan surplus sebelumnya, di angka USD2,23 miliar. Nilai ekspor tercatat USD 3,34 miliar atau tumbuh 33,55 persen (mtom), sementara impor mencapai USD1,11 miliar atau tumbuh 18,12 persen (mtom).
Inflasi domestik di wilayah Jawa Barat bulan Juni terkendali, sebesar 2,38 persen (yoy) atau - 0,04 persen (mtm) dan 1,11 persen (ytd), dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,77.
Baca Juga: Permudah Layanan Pertanahan! Kantah Kabupaten Bogor 1 Ditetapkan Jadi Kantor Pelayanan Elektronik
Penyumbang utama inflasi yoy, di antaranya adalah komoditas beras, emas perhiasan, sigaret kretek mesin, daging ayam ras, dan cabai merah.Inflasi yoy di Kota Bekasi merupakan yang tertinggi di Jawa Barat (2,92 persen), sedangkan yang terendah di Kota Cirebon (1,43 persen).
Indikator Tingkat kemiskinan di Jawa Barat kondisi Maret 2024 dibanding Maret 2023 membaik. Penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 7,46 persen, turun 0,16 persen dibanding Maret 2023.
Dengan jumlah penduduk miskin sebesar 3,85 juta orang, turun 39,93 ribu orang. Gini Ratio Maret 2024 sebesar 0,421, termasuk kategori ketimpangan sedang. Gini Ratio pada wilayah perkotaan lebih tinggi daripada perdesaan.
NTP dan NTUP Jawa Barat naik akibat semua subsektor alami kenaikan. NTP bulan Juni sebesar 109,9 sementara NTN sebesar 112,65. Indeks Harga diTerima Petani (It) 131,16, Indeks Harga diBayar Petani (Ib) 119,27, dan Indeks Biaya.
Baca Juga: Datang dari Dunia Pendidikan, ini Hal yang Menggerakkan Hati Imam Supandi Nyalon Wali Kota Malang
Sementara, perkembangan APBN sampai 30 Juni 2024 APBN Kembali mencatatkan surplus sebesar Rp14,153 miliar dengan total pendapatan sampai 30 Juni 2024 mencapai Rp74,57 triliun (45,57 persen) sementara total belanja mencapai Rp60,42 triliun (48,70 persen).
Realisasi Belanja Negara tumbuh 17,72 persen (yoy). Kinerja Belanja Pemerintah Pusat mengalami pertumbuhan sebesar 25,98 persen atau senilai Rp4,89 triliun, pertumbuhan terjadi pada semua jenis belanja kecuali belanja bantuan sosial, pertumbuhan terbesar pada belanja barang sebesar 40,69 persen atau senilai 2,92 triliun.
Anggaran Prioritas tahun 2024 tetap dijaga dalam rangka mendorong pertumbuhan, meningkatkan kualitas SDM, serta merespons dinamika kesehatan dan ketahanan pangan.
Kontribusi fiskal APBN untuk pembangunan Jawa Barat hingga Juni 2024 untuk realisasi belanja infrastruktur mencapai Rp112,9 triliun (26,7 persen), pendidikan Rp217,6 triliun (32,7 persen), kesehatan Rp60,3 triliun (32,2 persen), dan ketahanan pangan Rp26,1 triliun (22,8 persen).
Artikel Terkait
Peringati HUT ke 9! IKPI Cabang Depok Dilirik Pemkot dan DPRD, Gali Potensi Pajak Daerah!
Torehan Pajak Reklame di Depok Baru Mencapai Rp17 Miliar
Ternyata, Restoran dan Rumah Makan di Depok Banyak yang Belum Bayar Pajak Menunggak Pajak
Ya Ampun! 770.791 Kendaraan di Depok Tunggak Pajak, Ini Rincian Lengkapnya
Jangan Ditiru! 13 Objek Dipasang Plang Tunggak Pajak di Depok
Target Pajak Restoran di Depok Tembus Rp300 Miliar
BKD Depok Permudah Pembayaran Pajak, Kini Buka Layanan Jemput Bola