RADARDEPOK.com - Perkembangan Perekonomian Jawa Barat sampai dengan Akhir bulan April 2024 mengalami tren positif.
Prospek ekonomi global masih dibayangi tensi geopolitik. Pertumbuhan ekonomi cenderung lemah dan divergen, dengan tensi geopolitik yang meningkatkan kerentanan rantai pasok, utamanya konflik di Timur Tengah dan perang di Ukraina.
Sektor riil di Jawa Barat terkendali yang ditunjukan dengan perekonomian Jawa Barat Triwulan I-2024 tumbuh 4,93 persen (yoy) PDRB ADHB Rp683,50 triliun didukung kinerja dari sisi produksi, Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 17,49 persen.
Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 32,85 persen.
Baca Juga: DJP dan Pengadilan Tinggi Jawa Barat Eratkan Sinergi Proses Peradilan Tersangka Pidana Perpajakan
Tidak hanya itu, tingkat inflasi yoy di bawah 5 persen, yaitu sebesar 3,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,94.
Sementara, neraca perdagangan luar negeri regional Jawa Barat bulan Maret 2024 masih melanjutkan surplus sebesar USD 2,15 miliar.
Tercatat di BPS Jabar nilai ekspor Maret 2024 mencapai USD 3,20 miliar atau meningkat 0,03 persen dibanding Februari 2024.
Sementara nilai impor Maret 2024 mencapai USD 1,05 miliar atau turun 10,87 persen dibanding Februari 2024.
Dari sisi perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga April 2024, kondisi fiskal di Jawa Barat menunjukan adanya akselerasi Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah dengan mengoptimalkan kinerja Pendapatan Negara yang menjadi stimulus terjaganya ekonomi daerah dari dampak ketidakpastian ekonomi global.
Realisasi APBN Regional Jawa Barat hingga akhir April 2024 menghasilkan surplus sebesar Rp11,93 triliun. Total pendapatan Rp51,16 triliun (31,27 persen). Total belanja Rp39,24 triliun (32,04 persen).
Kenaikan terbesar dari sisi Pendapatan Negara terjadi pada Pajak Bumi dan Bangunan yang tumbuh 179,37 persen atau senilai Rp28,83 miliar dan PPh Non Migas yang tumbuh sebesar 13,88 persen atau senilai Rp2,78 triliun.
Terdapat juga kenaikan Bea Masuk sebesar 55,39 persen, didorong oleh importasi Bulog dan realisasi pelunasan dari hasil audit pada bulan April yang cukup signifikan.